Kemasan Ekslusif Kopi Robusta



Mbah Pat


Membahas tentang kopi, Indonesia memang kaya dengan ragam jenis kopi. Semisal Kopi BALI, kopi Lampung, Kopi Luwak, Kopi Arabica, Kopi Robusta dan masih banyak jenis kopi lainnya yang dihasilkan dari tanah-tanah diseluruh daerah wilayah di Indonesia. 

Dengan tekstur tanah serta jumlah dataran tinggi yang cukup luas membentang disepanjang wilayah di seluruh Indonesia. 

Sehingga hal inilah yang menyebabkan semakin tingginya tingkat komsumtifitas masyarakat kita yang gemar menikmati kopi sebagai sajian minuman harian namun tetap ekslusif sebagaimana diketahui sejak negara ini masih dalam kuasa pemerintahan kolonial Belanda. 

Masyarakat luas di indonesia rata-rata hanya menikmati sampah-sampah kopi kemasan modern yang lebih dulu dibuat oleh VOC. Dengan menetapkan kebiasaan bahwasannya yang berhak menikmati kopi sebagai minuman harian hanya diperuntukkan bagi kalangan kelas menengah atas saja.Khususnya bagi kaum bangsawan tertentu dimasa lalunya. 

Seiring waktu mengingat fungsional dari biji kopi hijau yang telah disangrai serta dijadikan olahan bubuk minuman beraroma khas tersebut ternyata juga ampuh menjaga imun tubuh balita dari serangan step ( kejang-kejang ) akibat demam tinggi yang umum dijumpai dilingkungan balita dan anak-anak sebagai obat mujarab yang diwariskan turun temurun oleh para leluhur kita. 

Pengenalan budaya meminum kopi sejak dini tersebut akhirnya terus lestari yang kemudian menjadi tradisi yang kental dan kuat serta menjadikan kopi sebagai minuman khas baik di acara santai ataupun formal kegemaran masyarakat luas di Indonesia dari semua kalangan setelah teh.

Dimulai dari prinsip budaya tersebutlah, tercetus niatan kopi Robusta Magelang mbah Pat dibuat oleh pria berkacamata minus berusia 29 tahun asal kabupaten Wonogiri tersebut yang kemudian berujar. 

“Bisnis dimulai karena saya terinspirasi oleh pengusaha sukses Indonesia Bob Sadino, bisnis tanpa memulai meskipun planing perencanaan matang tetap saja itu bulshit bagi saya.” Ungkapnya. 

Berlatar belakang Sarjana pendidik bergelar S1 yang disandangnya dan sempat dua tahun terkatung-katung masa depannya sebagai tenaga Wiyata Bakti disebuah Sekolah Dasar Negeri tempatnya mengajar sebagai guru honorer rupanya tidak juga mengubah nasib serta perbaikan ekonominya dengan gaji bulanan Rp.400.000/ bulan itupun masih dipotong oleh pihak kepala sekolah Rp.100.000. 

Otomatis membuatnya sulit menjangkau standart kebutuhan hidupnya dengan penghasilan Rp.300.000 setiap bulannya sebagai seorang guru lepas di sebuah sekolah dasar negeri di kota Solo pada tahun 2013-2015 silam. 

“Tidak ada harapan bagi saya untuk menjadi pegawai negeri tetap, karena tidak adanya kesempatan kearah itu, terlebih murid-murid kelas 1 SD jaman sekarang jauh berbeda dengan saya saat masih duduk dibangku sekolah dasar.Etika, perkembangan mental mereka, pola pikir dan kejiwaannya sudah rusak sejak dimulai dari dalam rumahnya. 

Pola orang tua mereka dalam mengarahkan anak-anak mereka sudah salah, sangat sulit bagi saya pada waktu itu sebagai seorang guru mencoba melakukan pendekatan diluar jam pelajaran sekolah,umpatan dan kata-kata kotor banyak dilampiaskan oleh murid-murid saya yang sudah stress dari rumah mereka” Imbuhnya lagi

“Saya memilih hengkang mengundurkan diri dan mencari jalan hidup sesuai dengan kata hati saya saja ketimbang jadi tempat pelampiasan anak-anak yang sudah tertekan didalam rumah mereka terlebih sistem pendidikan kelas dasar saat ini saja sudah salah.”Ujarnya menerangkan

Dari situasi sulit tersebut tidak lantas membuatnya berputus asa, dimulai dari hobby yang juga telah digemarinya sejak masih disekolah dasar akhirnya dipilihnya bidang baru di seni fotografi dan konsisten pada profesinya sebagai fotografer bersama komunitas fotografer di kota Solo tempatnya tinggal dan berkehidupan saat ini. 

Yang perlahan-lahan membuka banyak peluang baru diantaranya berbisnis kopi kemasan ekslusif jenis kopi robusta Magelang jawa Tengah dan dimulainya sejak bulan Maret 2017 tahun ini.

“Saya mendatangi sendiri petani-petani kopi Robusta di Magelang dan membeli langsung biji-bji kopi tersebut yang sudah masak dan berwarna hijau kemudian saya olah secara manual, tanpa campuran apapun murni biji kopi saja yang telah saya sangrai kemudian saya haluskan kedalam bentuk bubuk kopi kemudian mengemasnya.” Tuturnya melanjutkan 

“Pada awalnya saya hanya memproduksi 30 bungkus saja, itupun saya kemas seadanya hanya mempergunakan plastik untuk pembungkus es batu rumahan karena keterbatasan alat dan properti, semua hanya niat saja agar kopi Robusta Magelang tersebut masih tetap lestari.” Imbuhnya menerangkan 

Dari 30 bungkus kopi Robusta Magelang bubuk olahannya tersebut, ternyata mendapat respon baik dari rekan-rekan yang ditawarinya dan habis terjual selama 2 hari.

Dan terus meningkat permintaannya, “saat ini saja sudah ada konsumen tetap saya dari Jakarta dan beberapa kota di Indonesia, selain menjual dari mulut kemulut saya juga menjual kopi bubuk robusta asli buatan saya secara online dan masih saya batasi karena keterbatasan SDM serta alat jadi saya pun tau diri, tidak mau menerima jumlah permintaan diluar batas kemampuan saya saat ini.” Ujarnya lugas. 

Satu bungkus kopi Robusta Magelang original buatannya yang dibanrol dengan harga Rp.25.000/ bungkusnya.Selain kegemarannya meminum kopi sebagai minuman hariannya, dari situpula bisnis tersebut berlanjut menjadi ladang yang menyenangkan untuk terus dikembangkannya sebagai jalan lain perbaikan kehidupannya selain profesinya sebagai pelaku seni photography dikota Solo. sha

 

Comments