PENURUNAN EKONOMI TAHUN 2018 MASIH MELANDA INDONESIA



Rupiah-IDR

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksidistribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.

Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan 
ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi, dan data dalam bekerja.

Ekonomi banyak dibahas semenjak beberapa tahun belakangan ini utamanya situasi di Indonesia saat ini  yang terus mengalami kenaikan serta penurunan nilai tukar mata uang terhadap USD setiap minggunya. Setelah mengalami krisis hebat dan kejatuhan ekonomi yang cukup berat sejak tahun 1998 - 2008 selama kurun waktu 10 tahun berturut-turut.

Ketidakstabilan kondisi ekonomi tersebut sempat juga dibahas oleh ahli ekonomi Kwik Kian Gie yang dalam tahun 2017 ini mengalami trend kenaikan ekonomi, terlebih sejak President USA Donald Trump memberlakukan kebijakan program pengurangan pajak seperti dilansir oleh Tivi one belum lama ini.

Menurut Kwik Kian Gie, ekonomi adalah proses alam dimana dalam satu waktu tidak akan tetap berada diposisi terbawah dan juga tidak akan terus berada di puncak atas, terus hidup seperti gravik bergerak menyesuaikan denyut nadi jantung ekonomi utamanya di Indonesia saat ini.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3 persen pada 2018 karena disumbang meningkatnya kontribusi ekspor dan investasi. 

Pimpinan Misi IMF untuk Indonesia Luis E Breur mengatakan permintaan domestik juga akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan.

Namun meningkatnya permintaan domestik itu masih dalam laju moderat. 

"Perekonomian Indonesia terus berjalan dengan baik, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang hati-hati, peningkatan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas, dan upaya berkelanjutan untuk memperkuat daya saing." Ujar Breur dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Rabu (15/11).

Breur baru saja memimpin tim IMF untuk mengevaluasi perekonomian Indonesia. Kunjungan evaluasi dilakukan pada 1-14 November 2017. Dalam kunjungan penilainnya, IMF berdiskusi dengan perwakilan pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan perwakilan sektor swasta.

Dalam kesimpulan diskusi untuk "2017 Article IV Consultation" itu, IMF memperkirakan laju ekonomi Indonesia akan berlanjut bertumbuh menjadi 5,3 persen pada 2018 setelah tumbuh 5,1 persen pada 2017.

Breur mengatakan terjaganya ekonomi Indonesia juga ditandai dengan laju inflasi yang terjaga. Pada tahun ini, inflasi diperkirakan 3,7 persen (year on year/yoy) dan menurun menjadi 3,6 persen pada 2018.

Transaksi berjalan Indonesia diperkirakan masih menderita defisit 1,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan membengkak menjadi 1,9 persen PDB pada 2018. 

Namun IMF menekankan, terdapat kecenderungan risiko ekonomi eskternal yang lebih besar karena potensi pembalikkan arus modal asing, pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di Cina dan risiko kemanan dari stabiltas geopolitik kawasan.

Dari ekonomi domestik, risiko juga masih membayangi karena potensi kekurangan penerimaan pajak dan kecenderungan kenaikan suku bunga di pasar keuangan mengingat pengetatan likuiditas pasar keuangan global. "Pada sisi positifnya, pertumbuhan global dan harga komoditas bisa lebih kuat dari yang diperkirakan," ujar Breur.

IMF menyimpulkan kebijakan Indonesia dalam jangka pendek harus menyeimbangkan orientasi ekonomi untuk mendongkrak pertumbuhan, namun pada saat yang sama menjaga stabilitas perekonomian.

"Kebijakan fiskal dirancang secara tepat untuk membangun kembali penyangga fiskal dengan menargetkan penurunan defisit anggaran pada 2018. 

Anggaran tersebut juga mencakup kebijakan menyeimbangkan kembali anggaran dari subsidi yang tidak ditargetkan dan pengeluaran tidak produktif lainnya terhadap belanja sosial dan investasi," katanya.

Untuk kebijakan moneter, IMF menyarankan otoritas untuk menjaga stabilitas harga sembari mendukung laju pertumbuhan ekonomi. 

Kebijakan moneter yang diterapkan Bank Indonesia (BI) saat ini dinilai IMF sudah tepat.

Di sistem keuangan Indonesia.

IMF menilai kebijakan tetap harus menjaga stabilitas. 

Sejauh ini ujar Breur, sistem perbankan Indonesia terjaga dengan baik dengan profitabilitas perbankan tinggi dan likuiditas yang cukup.

Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/'NPL) terjaga, namun BI dan Otoritas Jasa Keuangan perlu terus mengawasi pergerakkan NPL, terutama untuk risiko kredit yang dirinci khusus (special mention) dan juga kredit yang direstrukturisasi.

Dari sisi pemenuhan kebutuhan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, IMF juga melihat perlu kebijakan untuk menigkatkan penerimaan guna membiayai keberlanjutan pembenahan di sektor produksi, tenaga kerja, dan pasar keuangan.

IMF melihat terdapat kebutuhan mendesak untuk menerapkan strategi penerimaan jangka penengah yang menitikberatkan reformasi kebijakan pajak dan administrasi pajak guna mendukung penguatan iklim berbisnis. 

"Dengan ruang fiskal yang terbatas, prioritas reformasi segera dapat diberikan pada reformasi struktural dengan biaya fiskal yang rendah, seperti mereformasi sistem pasar produk guna mendorong investasi swasta." Ujarnya.

Pembenahan juga dapat dilakukan dengan merampingkan dan menyelaraskan peraturan rumit serta meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah. Sha

 

Oleh Berbagai Sumber

Photo By; Kristupa Saragih  


Comments