Sha Mantha |
Oleh Sha Mantha
Dalam Novel karyanya yang bergenre horor dan terbit tahun 1897 silam
Bram Stoker
Seorang Novelis asal Irlandia, menciptakan tokoh fiktif "Count Dracula" si pengisap darah
Hingga tahun demi tahun pun berlalu
Dan bermunculan generasi demi generasi penulis baru yang juga mengangkat cerita Vampir
Sosok tokoh fiktif "Count Dracula" si pengisap darah tidak akan pernah dihilangkan dari dalam bagian cerita yang dibuat
Menurut Kamus Oxford; asal-usul dari kata "Dracula" diambil dari nama Pangeran Wallachia di abad ke-15 - Vlad ( Tepes ) Dracula
Sebagaimana Vlad Dracula terkenal sangat bengis dan keji. Namun demikian Ia tetaplah manusia biasa yang juga mengalami kematian
Hingga akhirnya "Dihidupkan kembali" oleh Bram Stoker dalam cerita Novelnya
Drakula sebagai Vampir
Digambarkan lebih ekslusif ketimbang vampir biasa
Drakula diciptakan lebih elegan, sangat berkuasa, lebih sakti dan paling unggul serta sangat dihormati oleh vampir lainnya sebagaimana Drakula seolah-olah leluhurnya
Kepercayaan akan eksistensi Vampir sudah dimulai sejak tahun 1047
Kata Vampire merupakan turunan dari ejaan kata UPIRE dalam Bahasa Slavia Timur
Di Inggris
Cerita serta deskripsi mengenai vampir sudah beredar lebih dulu ketimbang Drakula yang terdokumentasikan di tahun 1688
Sebagaimana menyimpan serta mempelajari Kitab Vampir adalah tradisi awam yang diwariskan secara turun temurun oleh sebagian besar orang Inggris
Sedangkan orang Jerman mulai mengenal Vampir / UPIOR pada tahun 1721
Dan Prancis mulai mengenal dengan menyebutnya Vampire di tahun 1737
Jika dalam aplikasi agama-agama yang jauh di Timur Tengah;
*Agama Yahudi
*Agama Islam
Menyembelih hewan sebagai media untuk penebusan dosa maupun larung kepala Kerbau ke dalam kawah gunung Berapi serta dilarung ke Laut pada aliran kepercayaan NUSANTARA
Sebagaimana dalam ajaran agama
Para pemeluk agama bertugas untuk mengendalikan diri dari nafsu birahi dan segala kehendak serta keinginannya di dunia
Melalui ritual berpuasa serta melakoni ritual keagamaan setiap harinya
Maka berbeda hal bagi;
Pelaku Vampir yang menyebar di penjuru dunia
Mereka mengaplikasikannya dengan tata cara ritual persembahan secawan darah segar yaitu darah manusia yang diletakkan di atas meja altar persembahan
Di zaman ini darah lebih mudah di peroleh dengan cara membeli bisa juga dari PMI
Fungsi darah segar bukan ditujukan sebagai penebusan dosa melainkan sebagai media bagi si pelaku agar bangkit dari kematiannya dan hidup kembali dengan wujud Vampir
Bisa dikatakan tidak akan pernah hidup terlebih memiliki raga selayaknya Manusia sempurna
Bahkan dalam wujud laku hidup yang paling kasar yakni di masa penjajahan Kolonial di NUSANTARA
A.W. Van Hinne
Seorang komisaris polisi yang pernah bertugas di Batavia dari tahun 1888 - 1912
Terobsesi membunuh Banteng Batavia Si Pitoeng yang kabur dari penjara setelah didakwa merampok uang milik pemerintah Hindia - Belanda di Batavia
A.W. Van Hinne
Bahkan menggunakan ajian yang lebih dahsyat dari Ilmu Vampir yaitu ajian Rawarontek saat menghadapi Pitoeng yang sulit ditangkap dan di temukan tengah berada di area pemakaman Mbah Priok
Yaitu seorang ulama asal Ulu, Palembang, Sumatera Selatan bernama Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad yang meninggal saat perjalanan syiar agama Islam
Sepanjang pertempuran sengit antara A.W. Van Hinne dengan Pitoeng
Keduanya saling mengejar hingga tiba di tepi tanjung Priuk
A.W. Van Hinne, berulangkali tumbang dengan kondisi kepala terpisah dari tubuh bahkan kedua tangan dan kaki terbelah dua dari tubuhnya
Namun berulangkali pula tubuhnya menyatu dan Ia hidup kembali setiapkali terjatuh di atas pasir
Sementara Pitoeng berhasil melarikan diri
Untuk mengalahkan seseorang yang menggunakan ajian ini
Bisa dilakukan dengan cara menggantungnya di atas pohon hingga mati
Tanpa menyentuh tanah, kesaktian ilmu tersebut akan hilang dengan sendirinya
Hanya saja Pitoeng tidak mengetahui cara ini
Hingga pada 14 Oktober 1893 di usianya yang ke 26 tahun
Pitoeng harus tewas setelah tertembus peluru emas di Kecamatan Tanah Abang, Batavia
Untuk mencegah munculnya Pitoeng - Pitoeng lainnya serta antusiasme masyarakat yang hendak melayat serta mendoakannya
Jasadnya dikubur di area Kampung Baru dan dijaga ketat selama puluhan hari oleh Tentara Belanda Hindia Belanda (sha)
Comments
Post a Comment