Militer USA Serang Bisnis Narkotika Afghanistan





Manhattan-New York



Amerika Serikat telah meluncurkan serangan militer anti narkotika pertamanya dalam kemitraan dengan sekutu lokal di Afganistan, guna menekan sumber dana terbesar Taliban. Seperti Dilansir VOA. 

Langkah tersebut dilakukan menyusul adanya banyak kritikan selama bertahun-tahun yang menghembuskan kabar bahwa pasukan International tidak berbuat banyak untuk membendung perdagangan candu. 

Jendral Jhon Nicholson, komandan pasukan AS dan Misi Militer Resolute Support pada hari senin ( 20/11/17) NATO, memberikan pernyataan perihal rincian tentang serangan anti narkotika koalisi tersebut semalam di Kabul.

Jhon Nicholson menyatakan, serangan tersebut menghancurkan fasilitas produksi narkotika Taliban di Helmand, provinsi penghasil utama candu di Afganistan bagian selatan,memangkas pemasukan utama kelompok pemberontak tersebut yang diperkirakan lebih dari $200 juta. 

Seperti diketahui, Afganistan merupakan negara pertama penghasil narkotika terbesar di dunia, menyusul Myanmar,Meksiko, Colombia, Peru, Bolivia, dan Bahama. 

Saat jatuhnya Taliban pada tahun 2001 silam. 

Raja obat-obatan terlarang Afganistan tersebut, perlahan bekerja dengan cara mereka untuk menjadi produsen narkotika terbaik dunia dari jumlah opium yang tersebar sampai hari ini. 

Lebih dari 90% jumlah opium dunia sebagian besar dihasilkan oleh negara yang diberi julukan The Golden Crescent, yang merupakan kelompok produksi opium pasar gelap yang mengarahkan pasar perdagangannya ke negara Asia.

Perdagangan Opium berkembang, ketika pejabat pemerintahan Afganistan, turut terilbat setidaknya dalam 70% dari perdagangan opium di negara tersebut. 

Berdasar penelitian yang dilakukan oleh team khusus yang bertugas, lebih dari selusin gubernur provinsi memiliki campur tangan langsung dalam produksi serta distribusi opium saat ini. 

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Thomas Schweich, Departemen Luar Negeri AS yang merupakan mantan Deputi Utama, Asisten Sekretaris Biro Narkotika Internasional dan Penegakan Hukum Negeri. Seperti dilansir di New York Times 27/07/07. 

Yang menyatakan bahwa pemerintahan President Hamid Karzal, melindungi produksi Opium, yang menganggap melakukan perbaikan perdagangan obat-obatan terlarang sebagai tindakan, dan hal yang tidak penting untuk dilakukan. 

Sementara dalam serangan militer di Afganistan yang terjadi, Jendral Nicholson mengatakan, serangan tersebut tidak menghantam petani Afganistan dan dilakukan secara hati-hati guna membatasi jumlah kerusakan yang terjadi  dan tanpa sengaja ikut mengalami kerusakan disekitar lokasi tempat kejadian, serta menghindari terjadinya korban jiwa pada masyarakat sipil yang ada disekitar tempat kejadian saat peristiwa penyerangan berlangsung. Sha

Photo Taken By; Kristupa Saragih/Fotografer Net Indonesia

 

Comments