Ajaran Buddha Kuno Kuam Theravada





Sha Mantha




Sekitar abad ke-1 SM, Di India Tengah bagian Timur Laut. Tempat Sang Buddha tinggal dan menyebarkan ajarannya,terdapat satu kaum bernama Theravada dimana kaum tersebut diyakini sebagai kaum penganut agama serta ajaran Buddha kuno yang bertugas melestarikan agama Buddha ketika ajaran tersebut pertama kali dituliskan di Sri Lanka.

Kaum Theravada tersebut kemudian menulis sekumpulan sastra  Ke dalam bentuk bahasa sastra kuno India yang menjadi salah satu bahasa penting didalam perkembangan Buddha serta penyebarannya sampai saat ini.

Kumpulan tulisan tersebut kemudian dikenal sebagai Tipitaka ( Tripitaka dalam bahasa Sansekerta ) serta mengandung 3 kelompok tulisan, antara lain;

1.     Kumpulan aturan Vinaya

2.     Ajaran Sutta dan

3.     Ajaran Khusus ( Abhidhamma )

Yang dalam perkembangan agama Buddha, Tipitaka kemudian dipandang sebagai kitab suci bagi seluruh penganut Buddha.

Tipitaka yang kemudian dikuatkan sebagai kitab suci agama buddha, memiliki isian sastra terlengkap yang masih ada sampai saat ini dan diyakini sebagai kitab suci tertua di dunia.

Tipitaka ( Tripitaka dalam bahasa Sansekerta ),  pertama kali dituliskan oleh kaum Theravada,  kedalam bentuk tulisan sastra berbahasa Pali dengan menggunakan aksara Brahmi dan Devanagari.

Sansekerta dan Pali memiliki artian yang berlawanan arah, serta mencerminkan adanya perbedaan antara pemikiran  dalam ajaran Buddha  dan Hindu pada masa India Madya.

Dimana perbedaan tersebut berada pada tata letak pemilihan kosakatanya.

Kosakata Sansekerta dipandang Inheren sebagai bagian dari hal-hal atau benda yang mereka jabarkan.

Sedangkan kosakata bahasa Pali dianggap hanya mempunyai kemiripan konvensional.

Semisal kalangan Buddha tidak meyakini adanya jiwa atau sifat esensial pada suatu benda,sehingga digunakan istilah “ Dhamma” untuk merefleksikan hal tersebut ( Dharma dalam bahasa Sansekerta ).

Perbedaan tersebut diperkuat dalam falsafah kedua perkembangan bahasa antara Sansekerta dan Pali yang juga berlawanan dan mencerminkan adanya perbedaan antara pemikiran Buddha dan hindu pada masa India Madya. 

Dan bagi kaum Theravada, bahasa Pali sering dipandang sebagai bahasa suci melebihi bahasa Sansekerta.

Dimana sang Buddha diperkirakan menggunakan bahasa Pali sewaktu menyampaikan ajarannya.

Sehingga ajaran tertulis dalam bahasa Pali dianggap berusia lebih tua dan lebih mendekati bentuk asalnya daripada yang tertulis dalam bahasa lainnya.

Adapaun kitab suci BuddhaTipitaka yang dituliskan kedalam bentuk alih bahasa Sansekerta pada umumnya sudah tidak utuh lagi meskipun masih ada terjemahan lainnya yang diubah kebentuk bahasa Mandarin, bahasa Tibet, ataupun bahasa Jepang.

Bahasa Pali sudah sejak lama digunakan oleh kaum Theravada, sebagai kidung nyanyian teks-teks keagamaan mereka.

Meksipun tidak diketahui dengan pasti kegunaan dari bahasa tersebut oleh kaum Theravada sebagai bahasa mereka dalam sehari-harinya.

Hal tersebut diperkuat, saat ditemukannya prasasti-prasasti di India Barat oleh para ilmuwan Inggris.

Sang Buddha, Siddarta Gautama merupakan penutur bahasa Magadhi atau bahasa Indo-Arya, yang merupakan bahasa rakyat yang bermukim didekat kota Benares ( Varanasi ), India tengah bagian Timur laut. Sha 

 

Oleh Berbagai Sumber 

Photo Taken By; Viranjaya

 

Comments