Makam Kota Gede Yogyakarta




Gapura Masuk Area Depan 





Kota Gede Yogyakarta merupakan salah satu kota wisata daerah yang terkenal dengan kerajinan peraknya.  

Area Tempat wisata yang sangat bersejarah dikota Yogyakarta dan cukup dikenal salah satunya adalah kompleks pemakaman yang biasa dikenal oleh masyarakat luas di kota Yogyakarta dengan sebutan Panembahan Senopati.

Berada tidak begitu jauh dari pasar kota gede Yogyakarta. Lokasi kompleks pemakaman tersebut terletak di dusun Dondongan, Desa Jagalan Kotagede, Bantul Yogyakarta. 

Kompleks makam pendiri kerajaan Mataram yang dinamakan Panembahan Senopati tersebut berada sekitar 100 meter dari pasar Kota Gede Yogyakarta. 

Area kompleks pemakaman yang dikelilingi oleh tembok besar dan kokoh tersebut sangat khas dengan letak pintu gapura utama  berada didepan area komplek pemakaman yang merupakan arah pintu masuk menuju kedalam area komplek pemakaman yang bernama Gapura Paduraksa.  

Gapura Paduraksa tersebut memiliki ciri arisitektur budaya Hindu dengan kusen berukir. Pada puncak gapura Paduraksa terdapat ukiran kepala Kala bercuping ganda yang terbuat dari batu kapur, dan berada disebelah selatan Masjid Besar Mataram yang menuju kedalam kompleks makam raja-raja mataram. 

Terdapat 3 gapura yang harus dilewati sebelum masuk kedalam ruang utama komplek pemakaman tersebut, dan setiap gapura memiliki pintu yang terbuat dari kayu ukiran tebal serta dijaga oleh beberapa para abdi dalem yang bertugas mengarahkan para pengunjung dan memberitahukan peraturan-peraturan umum yang wajib untuk ditaati oleh para peziarah yang datang. 

Beberapa para abdi dalem tersebut juga bertugas mendampingi para peziarah pada saat memasuki area utama komplek makam raja-raja Mataram untuk menjelaskan letak-letak makam para raja dan sejarah yang pernah ditoreh oleh tokoh-tokoh sejarah yang berada didalam area makam tersebut. 

Para abdi dalem tersebut, semuanya masih utuh menjunjung adat berbahasa jawa halus ( bahasa daerah ) sebagai guide yang telah dipercaya.  

Larangan yang wajib dipatuhi adalah untuk tidak memotret keadaan serta situasi didalam area makam raja-raja mataram serta kewajiban untuk mengenakan busana adat jawa yang telah disediakan serta disewakan bagi para peziarah yang datang untuk keperluan berziarah. 

Banyak tokoh-tokoh sejarah penting yang dimakamkan didalam komplek tersebut, seperti Sultan Hadiwijaya, Ki Ageng Pamanahan, Panembahan Senopati serta seluruh anggota keluarganya.

Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya adalah sosok yang paling menonjol sebagai tokoh sejarah penting serta dikenal dimasyarakat luas pada masa Kerajaan Mataram berkuasa. 

Yang merupakan cikal bakal atau leluhur para raja-raja Kerajaan Mataram terutama kerajaan Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. 

Beliau merupakan pendiri Kerajaan Mataram sebagai peletak dasar-dasar Kasultanan Mataram ( 1587 – 1601 )  yang memiliki strategi perang juga kesaktian sangat tinggi yang tidak mempan diserang oleh senjata-senjata tajam.   

Danang Sutawijaya adalah anak Nyai Sabinah dan ayahnya adalah Ki Ageng Pamanahan, kemudian diangkat anak oleh  ( Sultan Hadiwijaya ) yang masa itu menjabat sebagai bupati Kerajaan Pajang, karena belum juga memiliki keturunan. Dan diberikan tempat tinggal di sebelah utara pasar yang terkenal dengan sebutan Raden Ngabei Loring Pasar. 

Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang pertama bagi Danang Sutawijaya, yang saat itu masih berusia belasan tahun ketika diikursertakan oleh ayahnya Ki Ageng Pamanahan untuk masuk kedalam rombongan pasukan penyerangan, menjadi satu dengan gabungan pasukan dari bala bantuan Kerajaan Pajang untuk menumpas Arya Penangsang. 

Yang merupakan bupati Kerajaan Jipang yang membunuh Sunan Prawoto raja terakhir kasultanan Demak.

Usai Sayembara ki Ageng Pamanahan mendapatkan tanah Mataram sejak tahun 1556 hadiah yang didapatkannya dengan membuat laporan palsu yang menyatakan bahwa kematian Aryo Penangsang akibat dikeroyok oleh dirinya dan ki Panjawi untuk mencegah kekhawatiran apabila mengetahui kebenaran yang ada, bupati Pajang Sultan Hadiwijaya tidak akan memberikan hadiah sayembara yang dibuat tersebut terhadapnya. 

Ki Ageng Pamanahan meninggal pada tahun 1584 kemudian Danang Sutawijaya menggantikan posisinya sebagai pemimpin Kasultanan Mataram. 

Pada awal mulanya Panembahan Senopati ingin menjadikan Mataram sebagai Kerajaan yang merdeka dengan membangun benteng, melatih tentara dan berhasil membelokkan para menteri di Kerajaan Pajang sehingga berbelok arah mendukungnya. 

Memberontak dari ayah angkatnya Sultan Hadiwijaya.  

Panembahan Senopati sendiri tidak menginginkan takhta dari kerajaan Pajang tersebut melainkan hanya meminta beberapa pusaka dari kerajaan Pajang untuk dirawat di Kerajaan Mataram saat Pangeran Banawa Adipati Kerajaan Jipang yang bersekutu dengan Panembahan senopati menawarkan takhta kepadanya yang kemudian menjadikan Pangeran Benowo sebagai Raja kerajaan Pajang sampai tahun 1587.  

Pada saat meninggal Pangeran Benowo kemudian berwasiat untuk menggabungkan kerajaan Pajang dengan Kerajaan Mataram, yang kemudian menjadikan Kerajaan Pajang menjadi bawahan kerajaan Mataram yang sejak itu menjadikan kerajaan Mataram pertama kali dipimpin oleh Raja yang bergelar Panembahan. 

Gelar tersebut untuk menghormati Ki Ageng Pamanahan ( Sultan Hadiwijaya ) ayah angkatnya dan Pangeran Benowo.

Panembahan Senopati meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di Desa Kajenar, kemudian dimakamkan di kompleks Pasarean Mataram Kotagede Yogyakarta.  

Yang kemudian diberi gelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayyidin Penatagama Khalifatullah Tanah Jawa/ Panglima di medan Perang. Sha 

 

Babad Jawa

Photo Taken By; Kristupa Saragih/Fotografer Net Indonesia

 

Comments