Sha Mantha |
Banyak beberapa orang
yang menyikapi hidup dan segala permasalahannya dengan cara tidur sebagai
pilihan solusinya.
Semisal perasaan sedih yang dirasakan, atau karena faktor-faktor lain yang
tengah dialaminya dan dianggap cukup membantu situasi dan permasalahan yang
tengah dihadapinya tersebut dengan cara tidur.
Alasan spesifik untuk korelasi ini belum ditentukan, tetapi para peneliti
menemukan bahwa depresi dan status sosial-ekonomi yang rendah juga memiliki
kaitan dengan kebutuhan jam tidur seseorang yang lebih lama.
Namun demikian, tentu saja tidur yang dimaksudkan bukanlah standar normal
sesuai kebutuhan jam tidur yang dianjurkan oleh para pakar kesehatan.
Bagi orang yang menderita kelebihan tidur atau hipersomnia, ini sebenarnya
merupakan gangguan medis.
Mengapa terlalu banyak tidur justru tidak sehat?
Kemungkinan penyebab kelebihan tidur lainnya termasuk penggunaan zat-zat
tertentu, seperti penyalahgunaan minuman beralkohol dan beberapa obat medis
yang dikomsumsi sesuai dengan resep dan petunjuk aturan dokter ahli.
Selain itu, ada juga orang yang memang hanya ingin tidur lama.
Namun, jika dibiasakan terlalu banyak tidur, justru akan memicu risiko gangguan
kesehatan berikut ini:
1. Diabetes
Orang yang terlalu banyak tidur atau kurang tidur lebih berisiko terkena
diabetes. Yang disertai kematian secara tiba-tiba pada saat tengah dalam
keadaan tidur.
2. Obesitas
Kenaikan berat badan bisa diakibatkan oleh kelebihan tidur.
Sebuah studi pada kaitan antara tidur dan obesitas / masalah kelebihan berat badan
menunjukkan bahwa orang yang tidur selama 9 atau 10 jam setiap malamnya 21%
lebih berisiko untuk mengalami obesitas dalam jangka waktu enam tahun,
dibanding orang yang tidur selama 7-8 jam dalam semalam.
3. Sakit kepala
Anda mungkin berpikir bahwa tidur bisa menyembuhkan sakit kepala Anda.
Namun ternyata pada beberapa orang, tidur lebih lama di akhir pekan atau
liburan bisa menyebabkan sakit kepala. Terlalu banyak tidur bisa memengaruhi
kimiawi di otak yang bisa menyebabkan sakit kepala di pagi hari.
4. Sakit punggung
Jaman dahulu, orang yang mengalami gangguan nyeri dengan disertai keluhan sakit
punggung sering diminta untuk lebih banyak beristirahat. Namun, pengetahuan
modern membuktikan bahwa solusi kuno ini salah dan bahkan bisa membuat kondisi
tersebut justru makin memburuk.
Olahraga teratur diperlukan untuk menjaga fleksibilitas yang sangat dianjurkan
sebagai solusi keluhan tersebut dan segera konsultasikan pada dokter ahli dan
professional dibidangnya.
5. Depresi
menurut WHO, kira-kira 350 juta penduduk dunia menderita penyakit ini.
Lalu pernahkah Anda merasa bahwa Anda tidur lebih banyak daripada biasanya?
Jika benar, itu mungkin disebabkan oleh gangguan depresi.
Gangguan tidur dan depresi memang terlihat seperti dua hal yang berbeda, namun kedua
hal tersebut bisa memiliki faktor pemicu dan gejala yang sama.
Tentu saja, tidak semua orang yang tidur terlalu banyak artinya sedang
mengalami depresi.
Pada kebanyakan pasien depresi, kurang tidur atau insomnia adalah hal yang
sangat umum.
Begitu pula sebaliknya, penderita insomnia berisiko 10 kali lebih besar untuk
terkena depresi dibanding mereka yang tidur dengan nyenyak.
Meskipun insomnia lebih umum dikaitkan dengan depresi daripada kelebihan tidur,
namun diperkirakan sekitar 15% penderita depresi mengalami kecenderungan minat
yang cukup tinggi dengan cara tidur.
Sedangkan keadaan tersebut, pada akhirnya justru akan membuat depresi mereka
bertambah buruk, karena kebiasaan tidur yang teratur penting untuk proses
pemulihan dari gangguan penyakit mental tersebut.
6. Kematian
Beberapa studi telah menemukan bahwa orang yang tidur 9 jam atau lebih di malam
hari memiliki tingkat kematian yang secara signifikan lebih tinggi dibanding
orang yang tidur selama 7-8 jam semalam.
Para peneliti berspekulasi bahwa faktor-faktor ini bisa jadi berkaitan dengan
peningkatan tingkat kematian yang diamati pada orang yang terlalu banyak tidur.
(Virgie/Sha)
Oleh Berbagai Sumber
Photo Taken By; Ngusman
Solo
Comments
Post a Comment