Hindu Dharma-Bali |
Masalah sosial yang
terjadi pada peradaban manusia dan perkembangannya disetiap bangsa tentunya
sangat beragam dan beraneka rupa.
Sejak zaman dulu warisan leluhur agung telah diajarkan dikehidupan luas
nusantara dimasa kekuasaan kerajaan Majapahit yang melegenda bagi masyarakat
luas di wilayah nusantara Indonesia. Terlebih saat itu, peranan wanita sangat
penting dalam kehidupan sehari-harinya selain turut berperan dalam perkembangan
peradaban modern dimasa tersebut.
Sebagaimana umum diketahui, wanita telah lebih dulu memiliki pengaruh tinggi
sebagai seorang pemimpin atau lazim disebut dengan Ratu yang menentukan segala
sesuatu tata pola pemerintahan dan prilaku kehidupan luas ditiap denyut tata
etika berke-Tuhanan sejak dimulainya peradaban modern manusia di Indonesia.
Namun perlahan keadaan tersebut berbalik kian memudar seiring terjadinya
revolusi demi revolusi yang berdatangan masuk ke wilayah Indonesia yang
mencampuri pola tatanan tersebut dengan mengubah berbagai banyak pola
tatanannya yang sejak ribuan tahun silam sudah ada dengan menghembuskan
pembaruan era modernisasi oleh bangsa-bangsa barat yang melakukan banyak
ekspedisi di negara Indonesia yang kaya akan hasil sumber daya alamnya melalui
rupa-rupa cara.
Sehingga menimbulkan berbagai macam persoalan masalah sosial didalamnya ,
terlebih rusaknya karakter asli dari masyarakat luas Indonesia yang banyak
terjadi sampai saat ini, juga kerusakan alam yang tentu saja menjadi akibat
atau efek berkepanjangan yang kian menggunung serta bukan menjadi persoalan
mudah untuk ditanggulangi.
Sejak dulu Hindu merupakan ajaran alami yang diyakini sebagai kepercayaan luhur
serta religi yang telah mengakar disanubari masyarakat luas Indonesia hingga
saat ini.
Bukan sebatas sebuah
ajaran semata saja melainkan upaya untuk lebih mendekatkan diri pada alam yang
tentunya memiliki penjaganya sejak bumi belum ditempati oleh mahkluk hidup dan
adanya manusia sebagai mahluk paling sempurna dari sang pencipta yaitu sang
Hyang Widi Wase atau Tuhan Yang Maha Esa.
Hal tersebut kuat beralasan terlebih dalam peradaban modern Indonesia saat itu,
sudah mengenal metode penulisan dengan menuangkan pesan-pesan yang
bernilai petuah-petuah luhur dan ditoreh diatas daun khusus, sebagai kitab
ajaran suci kuno dan sarat makna demi kelangsungan kehidupan manusia di bumi
agar tetap terjaga dari keangkaramurkaan yang menjadi naluri lain akan
keberagaman pahaman yang ada.
Serta dituntun dan diarahkan bukan berdasarkan pola sepihak demi menguntungkan
segelintir atau kelompok tertentu saja melainkan demi kepentingan masyarakat
luas dan sekelilingnya didalam pertumbuhan dan kelangsungan mata rantai
kehidupan di alam semesta raya.
Kerajaan majapahit melakukan banyak perluasan wilayah kekuasaannya dan
menyatukannya melalui peran patihnya yang bernama Patih Gajah Mada yang hilang
/ muksa sejak runtuhnya kerajaan tersebut dari bumi pertiwi Nusantara.
Salah satu wilayah terdekatnya pada keberadaan kerajaan Majapahit tersebut
adalah pulau dewata Bali.
Hindu Dharma-Bali |
Umat Hindu utamanya di
pulau dewata Bali, masih menjadi satu-satunya kelompok masyarakat di Indonesia
yang tekun melestarikan lingkungan alam tersebut didukung oleh warisan adat
istiadat kebiasaan setempat yang masih terus dipertahankan sebagai wajah asli
Nusantara yang telah dilakoni oleh para leluhur sejak masa lampaunya.
Bahwasannya manusia hidup memiliki pendamping / penjaga yang tidak terlihat
secara kasat mata.
Juga sebagai cikal bakal terbentuknya sebuah daerah baru yang dimasuki pada era
Kerajaan Majapahit dengan estetika khusus sebagai wujud hormat terhadap sang
leluhur yang telah lebih dulu ada. Sebab, tidak segala yang ada serta hidup
ataupun yang sudah lebih dulu pergi meninggalkan dunia benar-benar lenyap dari
muka bumi. Meskipun hal tersebut tetap tidak mengurangi keberlangsungan
ekosistem yang secara alami terus bekerja sesuai kodratinya yang ada.
Salah satu upaya tersebut dan rutin dilakukan tiap satu tahun sekali dan
dilakukan sebagai doa khusus adalah upacara melasti.
Hindu Dharma-Bali |
Unsur-unsur yang
terkandung dalam pelaksanaan upacara melasti antara lain
1. Bersaji
2. Berkorban
3. Berdo’a
4. Makan bersama makanan yang telah disucikan dengan doa
5. Menari tarian suci
6. Menyanyi nyanyian suci
7. Berprosesi atau berpawai
Melasti dalam sumber kitab sastra tulisan Sunarigama dan Sanghyang Aji
Swamandala yang dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno (kitab sastra Hindu era
dinasti Kerajaan Majapahit ) menyebutkan;
"MELASTI NGARANIA NGIRING PREWATEK DEWATA ANGAYUTAKEN LARANING
JAGAT, PAPA KLESA, LETUHING BHUWANA"
Yang memiliki 5 artian sebagai berikut:
1. Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi
Tuhan Yang Maha Esa untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan
papa klesa dan mencegah kerusakan alam.
Ada lima klesa yang dapat membuat orang papa / kemiskinan jiwa / miskin mental
diantaranya ;
1. Awidya : Kegelapan atau mabuk
2. Asmita : Egois, mementingkan diri sendiri
3.Raga : pengumbaran hawa nafsu
4.Dwesa : sifat pemarah dan pendendam
5.Adhiniwesa : rasa takut tanpa sebab juga timbulnya perasaan khawatir yang
berlebihan
2. Ngiring prewatek dewata, artinya upacara melasti hendaknya didahului dengan
memuja Tuhan dengan segala manifestasinya dalam perjalanan melasti. Para dewata
disimbolkan hadir mengelilingi desa, memberikan wara nugraha Ida Bhatara /
manifestasi akan adanya Tuhan yang hadir.
3. Anganyutaken laraning jagat, artinya menghayutkan penderitaan masyarakat.
4. Letuhing Bhuwana, artinya alam yang kotor, maksudnya upacara melasti
bertujuan untuk meningkatkan umat hindu agar mengembalikan kelestarian alam
lingkungan atau dengan kata lain menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak
alam lingkungan.
Seperti tidak merusak sumber air, tanah, udara, dan lain-lain.
Pelestarian alam menjadi bagian penting yang sangat dihormati sebagai bentuk
rasa syukur bahwasannya semua ada dan disediakan secara berdampingan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia.
Keadaan tersebut kerap kali bertentangan manakala arus perubahan kian menggerus
norma-norma kepatuhan terhadap alam semesta yang telah lebih dulu diajarkan dan
menimbulkan terjadinya kerusakan alam yang dilakukan dan terjadi akibat dari
ulah manusia itu sendiri.
5. Ngamet sarining amerta ring telenging segara, artinya mengambil sari-sari
kehidupan dari tengah lautan, yang mengandung muatan nilai-nilai kehidupan yang
sangat universal. Dengan cara memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk
kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber /
mata air yang disucikan.
Hindu Dharma-Bali |
Dari kutipan kitab
sastra kuno yang ditulis tersebut, mengandung makna bahwa sejatinya
Melasti memiliki 5 tujuan.
1. Untuk dapat mengikuti tuntunan para dewa sebagai manifestasi Tuhan.
Dengan mengikuti tuntunan Tuhan, manusia akan mendapatkan kekuatan suci untuk
mengelola kehidupan di dunia ini, dan menuntun agar supaya seseorang tidak
menderita.
2. Untuk memotivasi umat secara ritual dan spiritual dan melenyapkan
penyakit-penyakit sosial.
Penyakit sosial tersebut seperti kesenjangan antar kelompok, permusuhan antar
golongan, wabah penyakit yang menimpa masyarakat secara massal, dan lain-lain.
Serta diwujudkan dengan langkah nyata dalam serangkaian upacara melasti, yang
diharapkan berbagai macam penyakit dan masalah sosial dapat diselesaikan tahap
demi tahap secara niskala.
3. Untuk membangun kehidupan spiritual agar didayagunakan dalam mengelola hidup
yang seimbang lahir batin. Berupa tuntunan dalam wujud ritual sakral, menuntun
umat agar menghilangkan kepapanannya secara individual.
4.Melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan.
5. Untuk menyucikan desa dan lingkungan sekeliling yang ditinggali terlebih
diri atau indivual secara lahir dan batin.
Tingkat kesadaran manusia yang juga mulai menurun diharapkan dapat kembali
turut dan berperan secara bersama-sama didalam penanggulangan tersebut dimulai
dari setiap individu yang ada.
Dalam Babad Bali, Melasti, juga disebutkan merupakan rangkaian dari upacara
hari raya Nyepi dan disebut juga melis atau mekiyis.
Pelaksanaan upacara ini dilakukan
beberapa hari sebelum dilaksanakanya tawur kesanga untuk memohon kepada Tuhan
untuk kesejahteraan alam lingkungan menjelang pergantian tahun Saka / perayaan
tahun baru Hindu. Sha
Oleh Berbagai Sumber
Photo Taken By; Kristupa
Saragih/Fotografer Net Indonesia
Comments
Post a Comment