Kain Ulos |
Indonesia memiliki ragam budaya dan adat istiadat
khusus yang sangat beragam.
Negara kepulauan Indonesia sangat kuat akan tradisi lokal
setempat yang senantiasa dijaga sebagai bagian dari jati diri dari suku-suku
yang berjumlah ribuan banyaknya. Dan menyatu dalam satu bangsa Indonesia.
Propinsi ditiap daerah di Indonesia adalah pecahan wilayah
yang dibuat oleh penjajah Kolonial Belanda yang sepanjang 3,5 abad lamanya
terobsesi untuk memiliki Indonesia dengan segala hasil alam dan kekayaan
khasanah budayanya.
Mereka tidak pernah berhenti melakukan ekpedisi dengan
rupa-rupa pola demi merampas kekayaan dan memperluas kekuasaannya yang
seakan-akan ingin menguasai seluruh penjuru bumi layaknya sang pemilik alam
semesta. Dengan sistem adu domba dan memecah belah antar suku dan keluarga.
Pada masa kekuasaan penjajahannya.
Suku Batak merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia.
Nama ini merupakan sebuah tema kolektif / sekumpulan untuk
mengidentifikasikan beberapa suku yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat
dan Pantai Timur di Provinsi Sumatera Utara.
Kata Batak berasal dari rencana Gubernur Jenderal Raffles
pada pemerintahan Hindia - Belanda yang membuat perbedaan etnis / Sara, yang
merupakan sistem memecah belah berdasarkan suku dan agamanya, berada antara
Kesultanan Aceh dan Kerajaan Islam Minangkabau, di wilayah Barus Pedalaman,
yang dinamakan Batak.
Sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik suku Karo maupun
suku Simalungun mengakui dirinya sebagai Batak, dan penjajah Belanda yang telah
membuat terpisahnya kelompok-kelompok suku tersebut.
Identitas Batak populer dalam sejarah Indonesia modern
setelah didirikan dan tergabungnya para pemuda dari suku Angkola, suku
Mandailing, suku Karo, suku Toba, suku Simalungun, suku Pakpak di organisasi
pemersatu pemuda Indonesia yang dikenal dengan nama Sumpah Pemuda yang dibuat
pada tanggal 28 Oktober tahun 1926 serta di kenal dengan sebutan Jong Batak.
Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar
wilayah Sumatera Utara.
Tidak ada budaya dan bahasa Batak tetapi budaya dan bahasa
yang berasal dari suku Toba, suku Pakpak, suku Simalungun, suku Angkola, suku
Mandailing, suku Karo, suku Simalungun dan suku-suku lain yang serumpun.
Dengan suku tertuanya suku Batak Toba.
Suku batak Toba mempunyai kepercayaan dan religi leluhur
mereka tentang Mulajadi na Bolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan
pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.
Yang merupakan sebuah aliran kepercayaan yang sudah tertanam
di dalam hati sanubari mereka yang
Menyangkut jiwa dan roh.
Suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:
Tendi / Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan
kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia.
Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi
meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal,
maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki
seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki
sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja
atau hula-hula.
Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah
lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Diantara unsur kebudayaan yang dimiliki suku Batak adalah
kesenian. Yang bernama tari Tor-Tor yang bersifat magis.
Serta Tari serampang dua belas yang hanya bersifat sebagai
hiburan.
Sementara alat musik tradisionalnya adalah Gong dan Saga-saga.
Sedangkan warisan kebudayaan yang berbentuk kain adalah jenis
kain tenun tradisional yang bernama ulos.
Kain hasil kerajinan tenun suku batak ini selalu ditampilkan
dalam upacara adat istiadat seperti perkawinan, mendirikan rumah, upacara
kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara
menari Tor-tor.
Dalam upacara adat pernikahan pada masyarakat Batak terdapat
satu kebiasaan unik yang meluas dikenal di beberapa wilayah kepulauan Sumatera
utamanya Sumatera bagian Utara yang bernama sinamot.
Sinamot sendiri merupakan proses perundingan antara pihak
calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan untuk “membeli” sang
calon istri tersebut dari kedua orang tuanya.
Penentuan jumlah mahar sendiri ditentukan orangtua dari pihak
calon mempelai perempuan. Makin tinggi pendidikan dari sang calon istri,
maka akan makin mahal dan tinggi pula harga jualnya.
Bagi masyarakat Batak sendiri, tradisi ini terbilang wajib
sebagai penanda untuk melihat kesungguhan dan keseriusan dari calon suaminya. (Eva De/Sha)
Oleh berbagai sumber
Photo Taken By; Kristupa Saragih/Fotografer Net Indonesia
Comments
Post a Comment