Hari Tari Dunia - Solo Jawa Tengah |
Menari bagi anak anak merupakan
kegiatan yang kreatif, konstruktif, dan juga dapat menumbuhkan intensitas
emosional.
Tari tidak hanya dijadikan aktivitas reaksi ataupun terapi, namun juga dapat mengekspresikan laku estetis dan pembentukan karakter.
Di Jawa Tengah, menari merupakan suatu kebiasaan yang umum dilakukan sejak lama utamanya jenis tari-tarian tradisional dengan mengusung identitas tiap-tiap keluarga kerajaan di Jawa.
Kerajaan yang masih
merupakan wajah asli dari Jawa Tengah juga ada beberapa meliputi keraton
kasunanan Surakarta dan Puro Mangkunegaran Solo yang masih teguh menjaga budaya
luhur sebagai warisan yang wajib untuk dilestarikan serta di jaga.
Para penaripun umumnya hanya dilakukan oleh para kerabat keluarga didalam keraton saja, yang lambat laun mulai meluas digemari oleh semua kalangan masyarakat di Jawa Tengah sebagai bagian dari bentuk hiburan yang sangat digemari diberbagai acara-acara resmi dan upacara-upacara adat.
Pemerintah kota
Surakarta menyambut hari tari sedunia dengan cara yang berbeda, yaitu
melibatkan peran serta anak-anak dan remaja putri ditiap-tiap wilayah kelurahan
atau kelompok-kelompok desa untuk turut ambil bagian dalam kegiatan event
tahunan tersebut.
Sebanyak 5000 penari
yang kesemuanya adalah wanita secara serta merta menyambut moment tersebut
dengan antusias dan bersama-sama menari.
Hari Tari Dunia - Jl. Slamet Riyadi Solo Jawa Tengah |
Gambyong merupakan salah
satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-mula dari wilayah Surakarta dan
biasanya dibawakan untuk pertunjukan atau menyambut tamu.
Gambyong bukanlah satu tarian saja melainkan terdiri dari bermacam -macam koreografi, yang paling umum dikenal adalah Tari Gambyong Pareanom (dengan beberapa variasi) dan Tari Gambyong Pangkur (dengan beberapa variasi).
Meskipun banyak
macamnya, tarian ini memiliki dasar gerakan yang sama, yaitu gerakan tarian
tayub/tlèdhèk.
Pada dasarnya, gambyong
dicipta untuk penari tunggal, namun sekarang lebih sering dibawakan oleh
beberapa penari dengan menambahkan unsur blocking panggung, sehingga melibatkan
garis dan gerak yang serba besar.
Hari Tari Dunia - Jl. Slamet Riyadi Solo Jawa Tengah |
Jenis tarian gambyong menurut versi keraton Kasunanan Surakarta berbeda versi dengan Puro Mangkunegaran Surakarta meskipun sama-sama identitas tarian dari Jawa Tengah.
Perbedaan tersebut ada
pada jenis Gambyong pangkur dari keluarga Keraton Kasunanan Surakarta yang
lebih dulu memperkenalkan jenis tarian ini dimasyarakat luas dan gambyong
parianom dari keluarga puro mangkunegaran Surakarta.
Serat Centhini, kitab yang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwana IV (1788-1820) dan Pakubuwana V (1820-1823), telah menyebut adanya gambyong sebagai tarian tlèdhèk.
Dengan ciri khusus busana
yang digunakan oleh para penari bernuansa warna kuning dan warna hijau sebagai
simbol kemakmuran dan kesuburan.
Sebelum tarian dimulai, selalu
dibuka dengan gendhing / musik gamelan khas suku Jawa jenis Pangkur.
Pada awalnya, tari
gambyong digunakan pada upacara ritual pertanian yang bertujuan untuk kesuburan
padi dan perolehan panen yang melimpah.
Dewi Padi (Dewi Sri)
digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari.
Hari Tari Dunia - Jl. Slamet Riyadi Solo Jawa Tengah |
Pada masyarakat pantai
pesisir utara Jawa Tengah, sampai saat ini gambyong digunakan sebagai bagian
dari ritual upacara menghormati bumi / alam semesta raya dan para leluhur.
Selanjutnya,
salah seorang penata tari pada masa pemerintahan Pakubuwana IX (1861-1893) bernama K.R.M.T. Wreksadiningrat menggarap tarian rakyat
ini agar pantas dipertunjukkan di kalangan para bangsawan atau priyayi.
Hari Tari Dunia - Jl. Slamet Riyadi Solo Jawa Tengah |
Tarian
rakyat yang telah diperhalus ini menjadi populer dan menurut Nyi Bei Mardusari,
seniwati yang juga selir Sri Mangkunegara VII (1916-1944), gambyong biasa ditampilkan pada masa itu di hadapan para
tamu di lingkungan Istana Mangkunegaran.
|
Perubahan penting
terjadi ketika pada tahun 1950, Nyi Bei Mintoraras, seorang pelatih tari dari
Istana Mangkunegaran pada masa Mangkunegara VIII, membuat versi gambyong yang
"dibakukan", yang dikenal sebagai Gambyong Pareanom.
Koreografi ini dipertunjukkan pertama kali pada upacara pernikahan Gusti Nurul, saudara perempuan Raja MN VIII, di tahun 1951.
Kini, tari gambyong
dipergunakan untuk memeriahkan acara resepsi perkawinan dan menyambut tamu-tamu
kehormatan atau kenegaraan.
Teknik gerak, irama musik gamelan
iringan tari dan pola alunan kendang mampu menampilkan karakter tari yang
luwes, sedikit energic,dan menggemaskan yang menjadi satu kesatuan dari tarian
yang dibawakan. (DR/IK/Sha)
Oleh Berbagai Sumber
Photo Taken By;
Sri Madi Mursito
Gus Anto
Comments
Post a Comment