Kristupa Saragih |
Indonesia today-Kabupaten Ende merupakan pintu gerbang untuk mengenal semua kekayaan tersebut.
Nama Ende sekurang kurangnya sudah dikenal sejak tahun 1560 dan digunakan sampai sekarang dilansir poskupang.com (25/07/2015).
Kota Ende sendiri
menyimpan banyak hal menarik salah satunya adalah kota sejarah yang melahirkan
Pancasila.
Lambang dan dasar berkehidupan bangsa Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku, bahasa, agama, adat-istiadat dan kesenian serta pola-pola hidup lainnya yang begitu kaya dengan ribuan perbedaan tersebut.
Menjadi kian lebih sederhana dan mudah disatukan kedalam satu wadah untuk bersosialisasi dan bermasyarakat sehari-harinya.
Presiden pertama Republik Indonesia Insinyur Soekarno yang lebih familiar di sapa Bung Karno sering merenung, di bawah pohon sukun bercabang lima dalam masa pembuangannya di Kabupaten Ende Flores Nusa Tenggara Timur Indonesia.
Saat itu Soekarno tinggal bersama istrinya Inggit Garnasih selama masa pengasingan tersebut, sebagai tahanan politik Belanda tahun pada 1934-1938.
Dan menemukan gagasan ide akan lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang dikala itu masih belum merdeka.
Selain kota sejarah dan
kunci terciptanya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, Kabupaten Ende juga
menyimpan kekayaan wisata danau di gunung Kelimutu yang terkenal dengan misteri
keindahan alamnya.
Kawah Kelimutu |
Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Lokasi gunung ini tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende.
Gunung ini memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya.
Danau ini juga dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna air yang berbeda, yaitu warna merah,warna biru, dan warna putih.
Warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.
Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh Lio Van Such Telen, warga negara Belanda pada tahun 1915.
Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya pada tahun 1929.
Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati keindahan panorama alam di sekitar danau yang dikenal mistis oleh masyarakat setempat.
Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga para peneliti yang ingin mengetahui fenomena alam yang amat langka tersebut.
Kawasan Kelimutu telah
ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional Indonesia sejak 26 Februari
1992.
Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih.
Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada air danau Kelimutu memiliki arti masing-masing serta memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.
Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna - warna yang ada di dalam danau.
Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal.
Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan atau berilmu sihir.
Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.
Para penduduk di sekitar Danau Kelimutu percaya, bahwa pada saat danau berubah warna, mereka harus memberikan sesajian persembahan bagi arwah orang - orang yang telah meninggal.
Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik.
Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor.
Dinding ini sangat
terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar
antara 50 sampai 150 meter. Sha
Oleh Berbagai Sumber
Comments
Post a Comment