Sha Mantha |
Di agama
Hindu dan Buddha simbol-simbol alat kelamin dan sexualitas bukan sesuatu hal
yang tabu dan banyak dijumpai pada relief-relief candi-candi kuno yang menyebar
diberbagai penjuru dibelahan dunia. Semisal di Candi Sukuh yang terletak di
desa Ngargoyo kelurahan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah
Indonesia.
Bagi umat Hindu-Buddha, sex bukan sesuatu hal yang nista
serta dianggap suci dengan berbagai ritual upacara keagamaannya yang dalam
sejarah kitab-kitab suci kuno agama tersebut, dipuja dan merupakan simbol
khusus bagi dewa-dewa tertinggi Buddha - Hindu.
Sebab terjadinya manusia memang berasal dari hasil
persetubuhan antara pria dan wanita.
Pada umat Buddha-Hindu meyakini, kehidupan setelah mati,
adalagi proses kehidupan baru yang biasa disebut dengan reinkarnasi.
Di kalangan umat Buddha sendiri beberapa beranggapan setelah
kematian seseorang berhak untuk memilih hendak terlahir kembali atau tidak
dengan melakukan ritual upacara pembakaran jenazah atau kremasi setelah hidup
seseorang berakhir.
Mitologi tersebut kuat pada keyakinan umat Buddha itu
sendiri, yang mana setelah kematian nanti, arwah atau ruh / roh tersebut tetap
bersemayam dilangit.
Sehingga manusia berikutnya yang berhak lahir menempati bumi
dan tercipta baru, semuanya berasal dari air bukan lagi titisan Dewa atau Dewi.
Pada umat Hindu, kemudian dipertegas dengan simbol-simbol
khusus berupa Lingga dan Yoni. Yang merupakan cerminan dari Dewa Siwa atau dewa
pelebur, yang bertugas melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak
berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan kepada asalnya.
Lingga berfungsi sebagi penyalur air pembasuh arca.
Dalam manifestasinya Lingga terdapat 2 bentuk, yaitu :
1. Lingga Cala adalah Lingga yang merupakan simbol Dewa Siwa,
sifatnya dapat dipindahkan karena bentuknya yang tidak permanen yaitu Arca
Lingga.
2. Lingga Acala adalah Lingga yang diperkirakan sebagai
tempat hunian bagi Dewa Siwa, sifatnya permanen sehingga tidak dapat
dipindahkan.
Yaitu Gunung, yang merupakan tempat pemujaan bagi Sang
Hyang Acalapati yang merupakan Dewa gunung.
Gunung pada masa prasejarah diyakini sebagai tempat suci,
karena kepercayaan tersebut juga yang menjadikan banyaknya candi-candi Hindu
banyak ditemui dilereng-lereng gunung, yang meyakini jika semakin tinggi maka
semakin suci.
Yoni adalah arca / batu / lumpang / benda berlubang yang
menyerupai vagina alat kelamin dari wanita, yang merupakan lambang kesuburan
pada masa prasejarah.
Pada masa perkembangan Hindu Yoni merupakan simbol dari Dewi
Parvati istri dari Dewa Siwa.
Yoni adalah tumpuan bagi lingga atau arca.
Bersatunya Lingga dan Yoni adalah pertemuan antara laki-laki
(Purusa) dan wanita (Pradhana) yang merupakan lambang kesuburan, sehingga
muncul kehidupan baru (kelahiran).
Oleh sebab itu pemujaan akan lingga dan yoni yang merupakan
bersatunya Dewa Siwa dan Dewi Parvati adalah suatu berkah bagi masyarakat masa
lampau, sehingga biasanya Lingga-Yoni ini diletakkan di wilayah pertanian atau
pemujaan para petani kala itu.
Lingga dan Yoni adalah jalur energi Ilahi di tubuh manusia
dan di alam semesta.
Penyatuan Lingga dan Yoni melahirkan sesuatu yang baru, yaitu
penciptaan.
Perpaduan lingga dan yoni tersebut melambangkan penciptaan
dunia dan kesuburan. Tanpa penyatuan maka tidak akan ada lagi generasi yang
berkelanjutan.
Dalam terminologi Hindu.Lingga Yoni merupakan bagian
terpenting dari ritual khusus / spiritual sex.
Sumber :PtWn/Wrtm/Rk/Sha
Comments
Post a Comment