Perahu Jukung-Sanur Bali |
Indonesia di beberapa adat kebiasaan pada jaman
dahulunya, jauh sebelum peradaban modern diperkenalkan atau bermunculannya
agama-agama sebagai pengatur pola prilaku manusia di dalam berkehidupan dan
bersosial.
Menganggap alam semesta dan telah menaruh respect atau hormat
selayaknya menganggungkan Ke Esaan Sang Maha pencipta.
Di tiap-tiap sukunya ribuan tahun silam bahkan tidak
mengenali bagaimana tata cara menyebut nama Tuhan.
Primitive dan terbelakang namun damai hidup berdampingan
dengan alam semesta.
Pada masa itu, Tuhan lebih dikenali melalui pusat-pusat
kehidupan dan dihormati dengan tata cara tersendiri.
Semisal menyucikan laut, sungai, danau, gunung, kawah gunung,
hutan, dengan cara-cara adat ritual sesuai aliran kepercayaan pada masa itu.
Setiap sumber kehidupan memiliki nama-nama tersendiri.
Padi yang disebut sebagai dewi Sri, lautan samudera yang
disebut dengan ratu, dan lain sebagainya sebagai bagian terpenting dari
penunjang kehidupan manusia itu sendiri.
Risalah doa sejak dulu dikuatkan dengan rupa-rupa cara dan
pola sekelompok orang yang menghormati keseimbangan alam dengan cara melakukan
ritual-ritual khusus.
Semisal larungan atau meletakkan Sesajen (jawa, artinya
sajian, suguhan makanan) adalah aneka hasil bumi dan ternak ( untuk mempermudah
proses tersebut identik hanya disimbolkan dengan potongan kepala hewan ternak
saja ) yang diletakkan disebuah wadah atau perahu kemudian dilepaskan dipesisir
pantai untuk di larung.
Pantai Parangkusumo Jogjakarta Jawa Tengah |
Tujuan manusia apapun dimuka bumi
sudah tentu sang Maha Kuasa Maha mengetahui.
Risalah Doa tidak lain merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas keselamatan
dan keberkahan atas satu tahun yang telah terlewati.
Dan berlaku berbeda-beda di tiap daerah penjuru nusantara.
Tradisi Larung ialah kebiasaan berkala masyarakat sekitar sungai atau danau
atau laut, dalam hal ini bisa kita katakan sebagai masyarakat yang memiliki
ketergantungan hidup dari perairan.
Dalam tradisi larung biasanya menghantar makanan aneka rupa ke tengah sungai,
danau atau laut, kemudian membiarkannya ditelan arus atau sengaja ditebar ke
seantero sudut.
Tradisi ini sebenarnya di beberapa masyarakat ada yang dilakukan secara pribadi
setiap hari, setiap pekan maupun setiap bulan, dan menjadi kolosal ketika
dilakukan sebagai tradisi tahunan yang mana Larung dilakukan bersama-sama oleh
suatu kelompok masyarakat.
Kemudian Penyucian gunung-gunung yang sejak dulu dianggap sebagai tempat suci
juga memiliki pola yang sama.
Bahkan saat hendak bercocok tanam hingga proses panen. Para petani senantiasa
melakukan ucap syukur doa sesuai keyakinan dan kepercayaan tersebut.
Sang Maha Pencipta mengerti semua bahasa-bahasa manusia sejak dulunya. Disertai
dengan kitab-kitab penuntun hidup di masa Indonesia kuno yang masih murni
menjadi tuntunan hidup masyarakat tentang kepekaan diri terhadap alam sekitar
itu sendiri. Dan lambat laun diadaptasikan ke bentuk Islamic pada era Muslim
yang mengalami peningkatan pada penyebarannya.
Hal tersebut dilakukan agar tidak punahnya adab-adab dari masyarakat setempat
dan teguh melestarikannya sebagai budaya leluhur yang telah lebih dulu ada.
Aliran kepercayaan adalah satu bentuk keyakinan yang juga diakui di Indonesia
kemudian peradaban modern atau agama yang di sahkan kedalam ketetapan
Undang-Undang Dasar Indonesia. Sha
Dari Berbagai Sumber
Photo Taken By; Kristupa
Saragih/Fotografer Net Indonesia
Comments
Post a Comment