Sha Mantha |
Sugondo Djojopuspito lahir di Tuban, Jawa Timur pada tanggal 22 Februari tahun 1905 – meninggal di Yogyakarta pada tanggal 23 April tahun 1978 di usia 73 tahun.
Sugondo Djojopuspito adalah tokoh pemuda tahun 1928 yang memimpin Konggres Pemuda Indonesia Kedua dan menghasilkan jati diri bangsa Indonesia bernama Sumpah Pemuda sebagai kiblat Negara Indonesia.
Satu Nusa.
Satu Bangsa
Satu Bahasa Indonesia.
Yang kemudian diperingati setiap tahun di tanggal 28 Oktober sebagai cikal tumbuhnya semangat kepemudaan.
Dan dikenal dengan hari Sumpah Pemuda.
Konggres Fotografi menjadi bentuk ruang berkreativitas dalam memaknai dan mengisi semangat memotivasi akan keberadaan dari Sumpah Pemuda itu sendiri dibidang seni foto setiap harinya.
Acara ini sepenuhnya bagian dari semangat 45 generasi muda Indonesia yang memiliki minat pada seni budaya dan mewarnainya dengan berbagai macam aktifitas yang dibuat secara berkelompok dan dikenal dengan komunitas fotografi Indonesia.
Penyelenggaraannya sendiri sepenuhnya menjadi kegiatan tiap-tiap komunitas yang memiliki kebebasan dalam memperingati acara-acara yang dibuat semisal lomba fotografi, foto modeling, workshop dan bedah buku mengusung tema dan konsep yang telah disepakati bersama-sama.
Komunitas fotografi Indonesia inipun terbagi menjadi berbagai genre berbagai minat berbagai ruang dan berbagai wadah sebagai tempat menuangkan ide-ide kreative, sarana belajar mengajar, kritik dan saran yang membangun bagi sesama komunitas.
Wadah terbesar hingga saat ini masih berbentuk developer setelah mengalami berbagai macam perubahan mengikuti perkembangan jaman dan tekhnologi yang terus mengalami perubahan.
Rumah terbaik bagi kaum muda Indonesia yang berkreasi begitu banyak sehingga siapapun berhak untuk datang dan pergi bahkan menetap dimanapun tempat yang membuatnya bahagia.
Minat daya juang sepenuhnya diserahkan kepada tiap-tiap personal yang menemukan kenyamanan didalam bidang-bidang profesi dan hobby sebagai sarana lain dalam berkehidupan berkembang dan maju.
Aktifitas tidak hanya terpaku harus dilakukan secara berkelompok namun pada dasarnya Fotografer tidak bisa hidup sendiri sehingga dari kebersamaan inilah terwujud kualitas dan sikap solidaritas.
Pemuda dan pemudi Indonesia menyatukan Indonesia melalui fotografi yang gelisah untuk berkarya.
Latar belakang inilah yang mendasari rasa memiliki pada kekayaan budaya, adat - istiadat, kebiasaan sehari-hari dan nafas Indonesia.
Kemudian dinikmati bersama-sama sebagai ilmu dan pengetahuan tanpa melepas dari sudut-sudut keindahannya.
Begitu luasnya Indonesia, begitu banyaknya suku-suku bangsa, beragamnya budaya, jutaan perbedaan dalam bahasa.
Tersimpul rapi dalam bentuk gambar berupa foto sebagai jendela tanpa dibatasi ruang dan waktu namun tetap fleksible diletakkan dimana saja.
Menikmati hanyalah cara
dan jalan keluar yang terbaik adalah menjaga.
Keabadian dari sudut pandang yang tercipta dari rasa karsa.
Tekhnologi menjadi
sangat bersahabat dan menguntungkan disisi materi selain memberikan kepuasan
batin utamanya.
Satu tujuan yaitu
Indonesia Jaya. Sha
Comments
Post a Comment