Hitam Putih Seni Potensi Pengembangan Diri



Sha Mantha


Pelaku seni di Indonesia yang kurang pengetahuan tentang kebudayaannya sendiri mengalami problematika pada berbagai segi yang berpotensi menghasilkan.

Meskipun secara garis besar seniman di Indonesia sangat dilindungi namun keterbatasan akan wadah sebagai sarana dan prasarana yang juga dikemas kedalam idealisme para pelaku karya seni cipta itu sendiri juga telah membentuk ruang koridornya masing-masing.

Hal tersebut dilakukan bukan semata-mata sebagai bagian upaya untuk meraup keuntungan besar dari setiap karya seni yang diciptakan.

Seni sebagai gambaran jiwa dari para seniman yang mereproduksi materi atau konsep tiruan kehidupan sehari-hari kemudian terbagi menjadi 2 koridor.

1. Sebatas kebutuhan jiwa memuaskan batin yang beridealis tanpa merusak konsep-konsep yang dibuat.

2. Produksi pasar untuk kepentingan umum dengan tujuan keuntungan besar, tidak begitu mementingkan konsep selain menghasilkan keuntungan yang dikemas kedalam industri.

Dalam memanifestasikan batin sekaligus pengalaman estetis dengan menggunakan media sebagai bidang, garis, warna, tekstur sekaligus volume hitam putih.

Pelaku seni perlu mempelajari kebiasaan latihan dan rutinitas yang menuntun serta memberi kesuksesan, suka cita, tawa, rasa sakit dan airmata.

Caranya dengan menggali hal-hal tersebut dan bersyukur.

Rasa bersalah dan penyesalan telah membunuh banyak orang sebelum waktunya.

Berdamai dengan diri sendiri dan memperbaiki kesalahan dengan melakukan hal-hal yang memang diinginkan, secara praktis menjawab pergolakan jiwa dari pelaku seni yang bekerja dan berkarya sesuai dengan kepribadian masing-masing.

Jiwa yang tidak berkarakter membawa seseorang pada hidup dan kefanaannya sendiri.

Sehingga seniman akan memberontak terhadap berbagai macam eksploitasi yang mereka alami. 

Yang secara manusiawi setiap orang bahkan tengah berjuang untuk menemukan jati dirinya.

Semua orang begitu mendambakan hidup sebagai dirinya sendiri.

Dan setiap bidang pekerjaan apa saja, banyak merenggut jiwa setiap insan yang harus tunduk kepada professionalismenya.

Saat bekerja dan ketika tidak bekerja yang tentunya sangat bertolak belakang dalam kehidupan sehari-harinya.

Kesulitan yang dihadapi insan yang berprofesi sebagai pelaku seni dengan pekerja pabrik serta karyawan di perusahaan-perusahaan swasta dan instansi pemerintahan jelas berbeda.

Sedangkan tuntutan masyarakat umum terhadap seniman begitu tinggi.

Pelaku seni akan menciptakan segala sesuatunya sebagai hasil keindahan yang merupakan impian setiap seniman.

Yang berkewajiban untuk senantiasa berprilaku seindah mungkin dalam kehidupan sehari-harinya.

Namun untuk menggerakkan perasaan yang indah sehingga orang lain yang melihat mampu menangkap hal tersebut sebagai wujud perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi akan sesuatu hal yang menimbulkan perasaan indah sebagai rumusan.

Adalah ketidakmampuan tiap-tiap individu yang berkehidupan sebagai pelaku cipta rasa seni dalam mewujudkan suatu kenyataan yang kemudian terbelenggu pada suatu kewajiban yang senantiasa dituntut untuk terlihat sempurna.

Segala cara kemudian ditempuh.

Realistis yang logis atau idealisme yang membunuh sekaligus menjadi ruang pembatas kebebasan dalam berkesenian yang tak terbatas.

Sebagai pelaku seni yang masih perlu banyak belajar seperti Saya, dalam mendefinisikan sukses tentunya tidak akan menjadi sama kedalam kategori sukses menurut pandangan kebanyakan orang.

Sukses setiap hari bagi Saya bukan tentang bagaimana Saya harus mencari tau siapa diri Saya.

Setiap hari Saya hanya akan berkata kepada diri Saya sendiri, untuk menjadi seperti apa yang Saya inginkan selain terus menggali potensi didalam diri menjadi sebuah prestasi.

Bukankah setiap orang memiliki tujuannya masing-masing? 

Hidup seseorang menjadi makin bahagia karena mengeluarkan orang yang menahannya dari identitas dirinya yang sebenar-benarnya.

Bagi ahli dibidang seni, menciptakan sesuatu hal yang bermanfaat adalah seni yang bertumbuh sebagai wujud pengembangan diri seniman yang berkualitas.

Sementara bagi pelaku seni, dibutuhkan wadah untuk menampung karya-karya yang telah dibuat.

Sehingga air tidak akan tumpah kemana-mana, dan tempat yang menampung dengan sendirinya akan mengikuti kepada bentuknya.

Tidak ada yang dapat membantu seniman selain dirinya sendiri yang berkemampuan mendorong dirinya sendiri saat berada pada titik terendah dalam hidupnya.

Peran lingkungan, keluarga dan sekitar yang kurang mengapresiasi bukan kendala bagi pelaku cipta seni untuk terus berkarya, sepanjang apa yang dibuat mampu dinikmatinya sendiri.

Mencintai seni sebagai pekerjaan ibarat menenun kain dan benang yang Saya tarik dari jantung.

Membawa Saya pada satu keyakinan, bahwa satu hari kelak kekasihlah yang akan mengenakannya.

Tanpa Cinta siapapun tidak akan mampu bertahan, pada setiap bidang pekerjaannya.

Menjadi cara Saya saat sedang bekerja dengan rasa cinta.

Selain menyatukan diri Saya sendiri dengan orang lain sebagai ucap syukur atas diri Saya sebagai hasil Cipta Maha karya-NYA.

Saya sangat bersyukur ditakdirkan dan terlahir sebagai seorang perempuan serta menjadi sesuatu yang hidup sehingga kaum pria lebih diutamakan di atas kaum perempuan.

Sebab bahagia bagi Saya adalah menerima takdir itu sendiri. Sha

Oleh Berbagai Sumber

 

 

Comments