Standar cantik di negara
Asia yang mengutamakan kulit tubuh cerah dan putih, masih menjadi kriteria
penting sebagai syarat utama menuju penampilan yang menarik.
Tidak sedikit orang yang
kemudian menempuh banyak cara untuk mendapatkan warna kulit ideal tersebut
sebagai tujuan untuk disebut cantik dan menarik dari pandangan segelintir orang
yang masih melihat seseorang berdasar warna kulitnya saja.
Seseorang yang memandang
bahwa kulit orang lain masih dibawah kulitnya, sejatinya adalah orang yang
hidupnya tidak bahagia meskipun telah mendapatkan apa yang diingininya namun
itu tidak akan bertahan lama sebab manusia memiliki batas ruang dan waktu hidup
didunia.
Tapi hidup harus terus
mengalir dan pergi kemana harus.
Mengembangkan diri untuk
sampai kepada rasa percaya diri dimulai dari jiwa yang terus berkembang dalam
menyikapi dan menerima keadaan bahwasannya manusia dibumi tidak mampu
dilepaskan dari keanekaragaman didalamnya.
Warna kulit putih, warna
kulit kuning, warna kulit coklat dan warna kulit gelap bukan sebuah keputusan
dan pilihan setiap manusia saat dilahirkan ke dunia yang telah Tuhan semaikan
begitu adilnya disetiap manusia yang membawa serta memiliki genetik
berbeda-beda.
Memperbaiki penampilan fisik dengan mengubah warna kulit bisa saja dilakukan
namun apakah keputusan tersebut menjamin jiwa seseorang bahagia?
Sedangkan setiap
bangsapun tidak pernah bisa menentukan sendiri kaum bangsanya sebagai yang
paling tinggi diantara kaum bangsa-bangsa lainnya karena warna kulitnya.
Sebab dari perbedaanlah
segala sesuatunya akan mampu saling melengkapi.
Apabila dari perbedaan
warna kulit tercipta suatu kelompok manusia yang sama apakah hidup sudah
dijamin bahagia dengan jiwa yang tumbuh begitu kerdil?
Kemudian tumbuh sikap
rasis, apatis, dan anarkis.
Lantas melukai sesamanya
sebab manusia yang ingin menjadi Tuhan merasa berhak menentukan nasib dan
takdir setiap orang yang tidak sama dengan kelompoknya.
Lalu seperti apakah
pengertian hidup bahagia?
Tanpa melewati fase demi fase jiwa yang sudah mengalami pertumbuhan tentu saja
bahagia akan sulit tercapai oleh jiwa siapa saja.
Bahagia dimulai dari jiwa yang sanggup menerima perbedaan dan kepribadian yang
memiliki kesadaran tinggi sehingga mengenali potensinya dan bekerja keras
membangun jiwa yang terus berkembang sehingga memiliki kemampuan untuk
membangun dunia.
Tanpa kepribadian yang sudah memiliki kesadaran, manusia hanya akan terus hidup
dengan saling menyalahkan satu sama lainnya yang bermuara pada sumber perbedaan
lahiriah seseorang.
Sebab hidup bukan
tentang harapan dengan hanya menunggu sebuah perubahan datang menghampiri.
Dunia diciptakan bukan
tanpa tujuan dan hidup bukan untuk menuju satu tujuan saja.
Dari jiwa yang bahagia
setiap orang akan mampu membahagiakan orang lain tanpa harus mengambil sesuatu
yang bukan miliknya.
Banyak orang tidak
sanggup mengatasi masalah didalam hidupnya dimulai dari aturan-aturan kecil
yang membelenggu pikirannya.
Kemudian merelakan
mimpinya sebab tidak kuat mengatasi dirinya sendiri.
Dirinya yang berkulit
kuning, dirinya yang berkulit putih, dirinya yang berkulit coklat dan dirinya
yang berkulit gelap.
Sehingga tidak diterima
oleh suatu kelompok dan lingkungan apabila tidak mematuhi aturan yang dibuat
sebagai standar untuk bersosialisasi.
Namun yang terpenting,
bukan aturan yang dibutuhkan dalam hidup ini melainkan solusi.
Dan kebanyakan orang
hanya sanggup membuat aturan kemudian mengancam untuk menciptakan hidup yang
penuh rasa takut akan ancaman dari orang lain sehingga banyak yang terlalu
nyaman dalam ancaman tersebut hingga lupa tujuan hidupnya.
Dari sinilah sikap dan
ego tersebut muncul sebagai pola hidup seseorang yang ingin diterima disebuah
lingkungan disekelilingnya dengan mengikuti segala apa yang orang lain ucapkan
dan lakukan sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk dilepaskan.
Tidak ada siapapun yang
akan mampu membantu tanpa disertai keinginan dari dalam diri seseorang itu
sendiri untuk melepaskan diri agar sampai pada makna dari hidup yang
berkembang.
Dan perkembangan diri
dari hidup yang berkembang karena ilmu tanpa pengetahuanlah yang membuat hidup
seseorang tidak bisa maju bukan karena latar belakang warna kulitnya.
Yaitu bangkit dari perasaan pahit dengan mempelajari hidup dari jiwa yang
berkembang serta hidup yang sudah bahagia menjadikan hidup menjadi berkembang
dan maju.
Selain sikap hormat terhadap segala perbedaan itu sendiri sebab hanya Tuhan
sajalah Sang Maha Sempurna dari segala yang ada. Sha
Oleh Berbagai Sumber
Comments
Post a Comment