Sha Mantha |
Di Indonesia telah
tercatat lebih dari 2juta kasus per-tahunnya, perihal adanya penularan Human
Papilloma Virus ( HPV ).
Virus tersebut merupakan
penyakit menular yang paling umum terjangkit melalui aktualisasi seksual atau
kontak seksual.
Perkembangan peradaban
yang terus mengalami perubahan, memaksa manusia mengikuti perubahan demi
perubahan serta tuntutan kehidupan yang beragam.
Dimulai dari pola hidup
seseorang selain juga standard kebutuhan hidup tiap-tiap individu yang
menjalaninya.
Yang terkadang mau tidak
mau, suka tidak suka, manusia harus berjuang dengan menempuh segala cara untuk
mempertahankan hidupnya.
Kesehatan sebagai modal
utama dalam menjaga stabilitas serta mobilitas kehidupan seseorang, kerap kali
menjadi urutan kesekian, bukan menjadi prioritas penting yang justru diutamakan
sehingga kesadaran terhadap diri sendiri akan pentingnya hidup sehat.
Kemudian terabaikan
begitu saja dan baru disadari setelah seseorang mengidap suatu virus berbahaya
yang berasarang di tubuhnya.
Hidup adalah tentang
prioritas, namun sejauh mana kepedulian individu dalam memprioritaskan dirinya
sendiri terhadap kesehatannya.
Yang terkadang harus
dikalahkan dengan tuntutan gaya hidup, bukan lagi semata-mata disebabkan oleh
faktor keadaan saja.
Namun kembali lagi kepada hak-hak hidup setiap manusia, bahwasannya tidak ada
siapapun yang dapat membatasi kehidupan setiap orang.
Sebab hidup harus tetap terus mengalir.
Sehingga tidak sedikit
orang yang justru mengabaikan makna sehat sebagai modal utama untuk bekerja
sebagai hakekat dari hidup.
Dengan lebih berfokus
kepada faktor kebutuhan hidup saja.
Banyak orang yang
mengidap Human Papilloma Virus bahkan tidak menunjukkan gejala apa pun namun
masih dapat menulari orang lain melalui kontak seksual tanpa menggunakan alat
bantu pengaman sebagai proteksinya.
Human Papilloma Virus,
sedikit terlambat diketahui oleh sebagian besar masyarakat luas di Indonesia,
meski begitu telah menjadi program kesehatan yang digerakkan oleh Kementrian
Kesehatan Indonesia sejak 10 tahun terakhir.
Melalui berbagai upaya
khusus yang dilakukan oleh tenaga medis yang masih terbatas ruang geraknya dan
hanya bertugas dikota-kota besar saja.
Program pemberian vaksin
Human Papilloma Virus sendiri, juga masih belum menjadi perhatian khusus dari
World Health Organization ( WHO ), yang mengatur usaha-usaha internasional
untuk mengendalikan penyebaran penyakit menular, seperti SARS, Malaria,
Tuberkulosis, Flu babi dan HIV - AIDS.
Human Papilloma virus
dapat ditularkan oleh pengidap Human Papilloma Virus melalui:
1. Hubungan anal sex.
2. Oral sex dan
3. Penggunaan alat bantu sex
Serta dapat menjangkiti
ibu yang sedang mengandung, melahirkan sekaligus menyusui.
Gejala umum pada
perempuan yang mengidap Human Papilloma Virus ditandai dengan munculnya
tanda-tanda sebagai berikut:
1. Munculnya kutil
disekitar kulit tubuh luar, rongga mulut dan leher rahim.
2. Serta rasa gatal-gatal disekitar organ kewanitaan.
Virus ini juga merupakan
penyebab awal perempuan dinyatakan positive mengidap kanker serviks yang rentan
dialami oleh semua perempuan dari segala usia serta latar belakang dipenjuru
dunia.
Virus ini menyerang
leher rahim, dimulai dengan keputihan berkepanjangan, rasa gatal-gatal
disekitar bagian kewanitaan yang diperparah dengan tumbuhnya kutil yang
menyerupai kembang kol disekitar area leher rahim perempuan
yang positive mengidap Human Papilloma Virus.
Sedangkan pada pria
gejala awal yang ditunjukkan dengan:
1. Menurunnya imunitas
atau kekebalan tubuh, sehingga mudah jatuh sakit.
2. Tumbuhnya kutil disekitar organ vital, rongga mulut, disertai perubahan
warna mata yang mulai menguning.
Human Papilloma Virus
menyerang pria maupun wanita dari segala usia.
Vaksin untuk mencegah
penularan Human Papilloma Virus sekaligus penyebab tumbuhnya kutil kelamin dan
kanker serviks, juga sangat dianjurkan untuk sedini mungkin diberikan kepada
anak laki-laki dan anak perempuan guna mencegah penularan virus tersebut sejak
dini.
Tindakan pencegahan
lainnya dapat lebih awal dilakukan utamanya bagi yang sudah terbiasa dengan
aktualisasi seksual, antara lain:
1. Menggunakan alat
bantu pengaman saat melakukan kontak seksual.
2. Melakukan tes darah
setiap 3 - 6 bulan sekali.
3. Vaksin anti virus
Hepatitis B selama 6 bulan berturut-turut sebanyak 3x.
4. Serta vaksin anti
virus kanker serviks melalui 3 tahapan selama 2 bulan berturut-turut dengan
prosedur sebagai berikut:
- Vaksin tahap pertama,
dilakukan dibulan pertama.
- Vaksin tahap kedua, dilakukan setelah 4 minggu kemudian.
- Vaksin tahap ketiga, dilakukan 2 minggu setelahnya.
Sedangkan prosedur
pengobatannya dapat sesegera mungkin dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya:
1. Spekulo
Pertolongan pertama tersebut sangat penting dilakukan sebagai langkah awal
sebagai antisipasi terhadap perempuan yang terbiasa melakukan kontak seksual
dengan lebih dari 4 pasangan yang berbeda setiap bulannya.
Sehingga sangat memungkinkan rentan terjangkit virus mematikan tersebut yang sebaiknya
menjadi perhatian penting bagi setiap perempuan dewasa yang merasa bertanggung
jawab terhadap resiko dari pola serta gaya hidupnya.
2. PAP Smear
Langkah ini selain untuk membersihkan sekitar area kewanitaan, juga difungsikan
untuk mendeteksi awal penyebab sekaligus tanda-tanda tumbuhnya virus ini
disekitar leher rahim.
Dengan mengambil sedikit contoh cairan yang diambil di sekitar organ leher
rahim untuk digunakan sebagai bahan penelitian di laboratorium.
Langkah ini dilakukan apabila mulai terjadi gejala sekaligus tanda-tanda
seperti keputihan secara terus menerus, keluar bercak darah seperti menstruasi,
jadwal datang bulan yang tidak teratur, dan sebaiknya rutin dilakukan setiap 6
bulan sekali, sebagai upaya untuk mengantisipasi sekaligus menjaga stabilitas
tubuh utamanya bagi wanita yang sudah menikah.
Terjangkit virus ataupun
tidak, menjaga kebersihan organ dalam area kewanitaan dengan metode medis
tentunya jauh lebih baik.
3. Injeksi anti virus
hepatitis B.
Langkah ini sangat dianjurkan dan dilakukan sebanyak 3x berturut-turut.
Dengan lebih dulu
mengambil contoh darah sebagai bahan penelitian di laboratorium.
Apabila darah sudah
dinyatakan negative tidak mengandung virus apapun.
Baru kemudian vaksin
anti virus Hepatitis B dapat segera dilakukan.
Setelah itu baru
kemudian dilanjutkan dengan pemberian:
4. Vaksin Anti Virus
Kanker Serviks sebagai langkah pengobatannya.
Salam Sehat. Sha
Dari Berbagai Sumber
Photo Taken By; Link Model Hunt
Comments
Post a Comment