Sha Mantha |
Wanita diciptakan dari tulang rusuk
pria bukan untuk dijadikan sebagai tulang punggung.
Pepatah ini menjadi semboyan dimasa
kini terbungkus rapi sebagai dogma mematahkan sejarah panjang di Nusantara,
menciptakan pandangan baru, jika perempuan tidak memiliki daya hidup selain
berkehidupan dibawah ketiak pria.
Perempuan modern yang akhirnya
menjadi malas sebab masih diragukan kemampuannya memegang peranan serta
tanggung jawab dan cenderung memilih berkehidupan dibalik punggung pria.
Sehingga tak sedikit kemudian menjadi alasan bagi sebagian besar kaum perempuan
yang sangat menyukai pola instan sebagai dalih emansipasi berkehidupan.
Perubahan telah menggerus tekad
minat serta niat perempuan dalam berjuang usai menuntaskan perannya di kasur
sumur dan kasur yang kemudian berlawanan arus demi menuju hakekat hidupnya
yaitu bekerja.
Apapun cara yang
ditempuh, tidaklah penting, sekali lagi ada gaya hidup, gengsi, serta harga
diri untuk mendapatkan sebuah pengakuan sekaligus rasa hormat sehingga latar
belakang dan profesi pekerjaan menjadi nomor kesekian.
Sekali lagi emansipasi.
Jika menatap kembali ke belakang.
Di bumi pertiwi Nusantara banyak lahir tokoh-tokoh besar perempuan
Indonesia sepanjang peradaban bangsa ini dimulai.
Dan 3 diantaranya berasal dari Jepara Jawa Tengah;
1. Sabda Pandita Sang
Ratu Adil / Ratu Shima
Relief Candi Ratu Shima Kerajaan Buddha Kalingga |
Pada abad ke - 6 tahun 674-695 Masehi.
Sabda Pandita Ratu Adil berbunyi:
1. Pantang mencuri, mengambil dan
merebut hak orang lain
2. Memerangi semua bentuk kejahatan
3. Mengedepankan kejujuran
Adalah semboyan kerajaan Kalingga
yang berkuasa di era keemasan Buddha di tanah Jawa.
Kerajaan ini merupakan bagian dari
jaringan perdagangan di Benua Asia.
Hingga satu abad kemudian yaitu pada
abad ke-7.
Kerajaan Kalingga menjadi Pusat ilmu
dan pengetahuan agama Buddha aliran Mahayana.
Peradabannya yang maju melahirkan
banyak ahli sastra yang bahkan telah menguasai bahasa Mandarin serta
menterjemahkan kitab suci agama Buddha yang dialihkan dari bahasa Jawa Kuno
yang semula menggunakan karya tulisan sastra berhuruf Pallawa.
Suku Jawa adalah suku bangsa yang
menghasilkan sumber tertulis dengan meninggalkan prasasti berupa patung batu
ukiran, batu tulisan, candi, dan buku-buku yang ditulis di selembar daun nipah
dan kulit binatang serta tanah liat yang dibakar.
Peran kaum terpelajar telah turut
ambil bagian ke kancah pergaulan politik internasional, sehingga terbiasa hidup
dinamis dan menyesuaikan diri melalui pengetahuan serta pengalaman kebudayaan.
Kerajaan Kalingga juga menjadi era
keemasan bagi perkembangan kebudayaan apapun.
Dengan Pusat Ibukota Kerajaan di
wilayah saat ini berada di Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Jawa Tengah serta
wilayah kekuasaan mulai dari kabupaten Kudus Jawa Tengah hingga Kabupaten
Magelang Jawa Tengah.
Dalam hal bercocok tanam Ratu Shima
menerapkan sistem pengairan yang diberi nama Subak.
Metode Tani ini pula yang kemudian
menjadi terapan kehidupan bagi masyarakat di Jawa Tengah yang sampai saat ini
membudaya dengan pola kehidupan dengan bertani dan bercocok tanam.
Sosok Ratu Adil adalah perwira /
pemimpin wanita cantik dan anggun sebab ketegasannya yang tersohor
mengharumkan namanya hingga ke berbagai pelosok negeri.
Ratu Shima memegang sebuah
pemerintahan menggantikan suaminya yang lebih dulu wafat tatkala masih bertahta
memimpin kerajaan yang menaunginya sebagai wujud tanggung jawab terhadap nasib
seluruh rakyatnya.
Pengaruhnya sangat kuat dan dari setiap peraturan yang dibuatnya tidak ada
satupun rakyatnya yang berani melanggar terlebih tidak mematuhi hingga detik
ini serta diyakini tetap hidup menegakkan hukum-hukum keadilannya.
2. Ratu Maritim "Di
Laut Berjaya"
Rainha De Japara, Senhora Poderosa e Rica, De Kranige Dame /Bahasa Portugis.
Ratu Jepara,
seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani.
Pada Tahun 1549
Ratu Retna Kencana puteri Sultan Trenggono Raja Kasultanan Demak ke -
III yang memerintah sejak tahun 1521-1546.
Sah menyandang gelar Ratu Kalinyamat menggantikan suaminya yang semula didaulat
memimpin di wilayah Jepara Jawa Tengah.
Sultan Trenggana
ayahandanya, tewas seketika, ditikam oleh Putra
Bupati Surabaya sewaktu sedang melayaninya dalam suatu musyawarah di
daerah Panarukan.
Jalannya musyawarah
lebih menarik perhatiannya, hingga membuatnya tidak mendengar perintah Sultan Trenggana.
Akibatnya, Sultan
Trengganapun menjadi murka hingga memukulnya, namun tanpa disangka, bocah
laki-laki yang baru berusia 10 tahun tersebut spontan membalasnya dan
menikamkan sebilah pisau tepat didadanya.
Sepeninggal ayahandanya,
takhta kerajaan kemudian diserahkan kepada kakak kandungnya Raden Prawata yang
kemudian bergelar Sultan Prawata melanjutkan tampuk pemerintahan.
Pada Tahun 1546
Takhta kemudian diteruskan oleh Sultan Prawata, kakak kandungnya yang
meneruskan dinasti Kasultanan Demak sebagai Raja ke - IV.
Suratan nasib rupanya
justru menuntun Retna Kencana sampai pada takdirnya menjadi tokoh terkemuka
dibumi Nusantara.
Peristiwa tersebut dimulai saat dirinya masih berstatus istri Pangeran
Kalinyamat Jepara dan berkunjung ke Kasultanan Demak guna mendampingi
suaminya dengan maksud hendak bertemu Sultan Prawata kakak kandungnya.
Namun, yang terjadi
Retna Kencana justru menyaksikan kakaknya tewas terbunuh dengan senjata yang
masih tertancap ditubuh saudara laki-laki dan istri ( kakak iparnya ).
Disebabkan ulah utusan
Arya Penangsang yang berupaya merebut takhta sekaligus menuntut dendam atas
kematian ayahandanya yang tewas ditepi sungai usai shalat Jum'at ditikam oleh
Sultan Prawata semasa mereka masih muda.
Kejadian tersebut bermula
saat Arya Penangsang masih kecil.
Setelah kejadian itu, putera Sultan Prawata yang masih kecil, kemudian diasuh
oleh Retno Kencana.
Dalam upayanya mencari
keadilan untuk keluarganya, Retna Kencana bertolak menemui Sunan Kudus
guna memastikan kebenaran peristiwa yang dilihatnya.
Namun ternyata, bukannya mendapat dukungan.
Sunan Kudus yang
mendukung konflik perebutan takhta tersebut , justru membenarkan perbuatan yang
dilakukan oleh Arya Penangsang.
Retna Kencana kemudian
memutuskan pulang kembali ke Jepara, tapi ditengah perjalanan, dirinya dihadang
oleh pasukan utusan Arya Penangsang yang secara membabi buta menyerangnya
hingga menewaskan suaminya.
Sementara Retna Kencana
berhasil menyelamatkan diri dan membawa jasad suaminya kembali ke Jepara.
Namanya kemudian
diganti menjadi Ratu Kalinyamat, gelar yang semula digunakan oleh Pangeran
Kalinyamat suaminya.
Sebagai perempuan
satu-satunya yang sempat memimpin sebuah tampuk pemerintahan di sebuah kerajaan
Islam kecil di daerah pesisir Jawa.
Ratu Kalinyamat juga
menjadi pemimpin wanita terakhir yang mewarisi kekuasaan dinasti mataram Islam.
Sekaligus cicit Raja
Brawijaya V, pemimpin kerajaan Majapahit Hindu terakhir.
Retno Kencana yang
semestinya tidak diperhitungkan dalam setiap strategi peperangan bahkan
pemerintahan dan diplomasi bisnis dagang juga politik di nusantara ini, justru
membawa pengaruh besar dikalangan kaum elite politik bangsa Portugis, serta
pemimpin kerajaan-kerajaan Nusantara sekaligus mengundang perhatian para
missionaries agama Katholik Portugis yang banyak di bunuh oleh Pasukan Penjajah
Belanda setelah berhasil mengambil alih wilayah Nusantara.
Saat hanya pria yang
berhak menjadi pemimpin, Retno Kencana tanpa ragu berdiri di garda terdepan
mengarungi samudera raya memutus benang merahnya.
Yang kemudian sangat
tersohor dipenjuru Nusantara dengan nama Ratu Kalinyamat.
Tahun 1547
Setelah kepergian Sultan Prawata, Kasultanan Demak diteruskan oleh Arya
Penangsang bergelar Raja Kasultanan Demak V.
Akan tetapi, karena
pengikut Arya Penangsang telah membunuh Pangeran Hadiri yang merupakan Adipati
Jepara bergelar Pangeran Kalinyamat , suami dari Retna Kencana.
Adipati-adipati di bawah
Kasultanan Demak kemudian memusuhi Pangeran Arya Penangsang, salah satunya
adalah Adipati Pajang bernama Joko Tingkir bergelar Sultan Hadiwijoyo.
Lokasi wilayah kadipaten
Pajang saat ini terletak di kampung batik laweyan, kelurahan Sondakan,
Purwosari Solo Jawa Tengah.
Pada tahun 1554
Terjadilah pemberontakan yang dilakukan oleh Sultan Hadiwijoyo, merebut
kekuasaan Kasultanan Demak dari tangan Arya Penangsang.
Peristiwa ini menewaskan
Arya Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir.
Kematian Arya Penangsang
sekaligus menjadi akhir dari Kasultanan Demak menyisakan masjid Demak
sebagai satu-satunya peninggalan yang masih tersisa sampai hari ini.
Tradisi kaum perempuan
Jawa sejak masa lampaunya akan menyanggul rapi rambutnya yang dibiarkan tumbuh
panjang.
Sebagai metode perawatannya, minyak atsiri yang berasal dari tumbuhan serta
rempah-rempah menjadi satu-satunya rahasia kecantikan alami kulit, wajah serta
rambut.
Kebiasaan ini pula yang diterapkan oleh Ratu Kalinyamat sang penguasa Jepara.
Daya pikatnya
memancarkan pesona mistik tatkala menggerai rambutnya ditepian aliran sungai
saat tengah beristirahat.
Usai mandi disungai,
sang Ratu kemudian duduk diatas sebuah batu tepat disamping sebuah pohon besar
yang terdapat didalam hutan belantara tidak jauh dari pangkalan militer
Portugis berdiri.
Suasana duka cita masih
menyelimutinya sepeninggal suami tercintanya.
Dalam masa
perkabungannya, sang Ratu jelita kemudian menuangkan seluruh energinya dengan
bermunajat dan berdoa.
Namun, perkabungan yang
dilaluinya justru menghembuskan kabar tidak sedap keseluruh masyarakat.
Sebab Ratu Kalinyamat dikabarkan tengah bertapa telanjang dan hanya akan
berhenti bertelanjang jika sudah menginjak kepala Arya Penangsang sebagai alas
kakinya.
Sekalipun namanya cemar,
citra buruk tersebut tak mampu mengurangi nilainya sebagai seorang pemimpin
yang tetap dihormati oleh semua orang dan seluruh rakyatnya sebab begitulah
takdirnya.
Selain bersumpah untuk
membalaskan kematian suaminya.
Sang Ratu yang dikenal
berparas jelita ini, tidak lantas menutup mata terhadap penjajahan yang terjadi
ditanah kaum bangsanya.
Kepeduliannya yang besar
terhadap penderitaan yang diakibatkan oleh perbuatan kaum bangsa penjajah
Portugis di bumi nusantara, ditunjukkannya dengan berulang kali mengirim bala
bantuan pasukan perang di wilayah maritim nusantara.
Kekuatan Pasukan perang
yang dimilikinya, kerap menjadi andalan bantuan kerajaan seberang semasa
perlawanan bumi pertiwi nusantara dari jajahan bangsa Portugis yang mulai
datang ke wilayah Indonesia.
Ratu cantik yang terkenal
kaya Raya dikalangan bangsa Portugis ini bahkan kerap keluar istana dan
berkeliling sendirian hanya untuk memastikan keadaan rakyatnya baik-baik saja
dengan mengendarai kuda.
Sejak tahun 1453 - 1515
Bangsa Portugis adalah
bangsa Eropa pertama yang tiba di Nusantara dan mendominasi sumber perdagangan
rempah-rempah sebagai kepentingan perdagangannya di Asia Timur, setelah
gula di Brasil dan perdagangan budak di Atlantik.
Berikut Uraian Tahun
Demi Tahun Perlawanan Ratu Kalinyamat Dalam Memerangi Kaum Penjajahan Bangsa
Portugis Di Wilayah Maritim Nusantara:
1. Pada tahun 1550
Ratu Kalinyamat mengirim 40 buah kapal perang yang berisi
4.000 tentara dan berlayar ke Malaka memenuhi permintaan
Sultan Johor untuk membebaskan Malaka.
Dan bergabung dengan
pasukan Persekutuan Melayu yang kemudian berjumlah menjadi 200 buah kapal
perang.
Namun, serangan
perlawanan tersebut mengalami kekalahan dan membawa tidak lebih dari setengah
pasukan tentara Ratu Kalinyamat kembali ke Jepara sementara pasukan Sultan
Johor dipukul mundur dari Malaka.
2. Tahun 1511
Pasukan Portugis di Melaka menghancurkan armada Pasukan Ratu Kalinyamat
hingga kapal karam beserta seisinya termasuk harta yang dibawa dalam perjalanan
kembali menuju Goa.
3. Pada tahun 1512
Pasukan Portugis membangun pos dagang dan pangkalan militernya di pesisir
pantai Donorojo desa Tulakan Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Jawa Tengah.
Namun, setelah gagal
mendirikan koalisi dan perjanjian damai dengan Kerajaan
Sunda di Parahyangan akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh
sejumlah pemerintahan Islam Jawa, Demak dan Banten.
Pasukan Portugis
kemudian beralih ke Maluku, Ternate, Ambon, Aceh, Sulawesi Utara, Jakarta, Goa
dan Malaka.
4. Tahun 1513
Pasukan Ratu Kalinyamat bergabung dengan tentara
kerajaan Palembang menyerang Portugis di Melaka, tetapi berhasil
dipukul mundur.
5. Tahun 1551
Johore menyerang Portugis di Melaka dengan bantuan pasukan Ratu Kalinyamat.
6. Pada Tahun 1565
Ratu Kalinyamat kembali mengirim bala bantuan pasukan perang guna memenuhi
permintaan kerajaan Islam Hitu Ambon, di Maluku menghadapi gangguan bangsa
Portugis di tanah mereka.
7. Pada tahun 1573
Sultan Aceh kembali meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk menyerang Malaka.
Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit Jepara.
Pasukan yang dipimpin oleh Ki Demang Laksamana baru tiba di Malaka
bulan Oktober 1574.
Padahal saat itu pasukan Aceh sudah dipukul mundur oleh Portugis.
Pasukan Ratu Kalinyamat
yang terlambat datang langsung menembaki Malaka dari Selat Malaka.
Esoknya, mereka mendarat dan membangun pertahanan.
Namun akhirnya pertahanan dapat ditembus oleh tentara Portugis dan sebanyak 30
kapal terbakar.
8. Tahun 1574
Pasukan tentara Kesultanan Aceh bergabung dengan Ratu
Kalinyamat memimpin serangan yang gagal di Melaka, namun aksi tersebut
membuat Portugis angkat kaki dari Malaka karena merasa terancam dengan serangan
Ratu Kalinyamat.
Akhir dari penjajahan
bangsa Portugis di wilayah nusantara yang memasuki kurun waktu sepanjang 2 abad
ini, dimulai pada bulan,
November, Tahun 1579
Saat Sir Francis Drake dari Britania Raya tiba di Ternate.
Sultan Babullah, yang
juga membenci bangsa Portugis, kemudian mengadakan perjanjian persahabatan
dengan Britania Raya.
Ratu Kalinyamat
meninggal ditahun 1579 dan dikebumikan berdampingan dengan suaminya di Jepara
Jawa Tengah.
Selain teguh memegang
kesetiaan hingga akhir hayatnya.
Ratu Kalinyamat juga
mengabdikan seluruh jiwa raganya dengan mempersembahkan seluruh harta
kekayaannya dalam memerangi penjajahan di bumi nusantara.
Tahun 1599
Adalah puncak kegiatan misi Portugis di wilayah Nusantara setelah langkah
penaklukan dan kepentingan mereka di Asia Timur gagal.
Portugis kemudian pindah
ke Jepang, Makau, dan Tiongkok.
Masih ditahun yang sama
pasukan Portugis berhasil di halau oleh ekspedisi Belanda di bawah pimpinan Van
Neck yang tiba di Maluku dan mulai melakukan perdagangannya di wilayah
Nusantara dan sukses di Banda Aceh, Ambon dan Ternate.
September Tahun 1600
Admiral Belanda Van den Haghen mengadakan aliansi dengan Hitu dalam menghadapi
Portugis di Ambon.
Menjadi judul buku yang
bersumber dari kumpulan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada
teman-temannya di Eropa dan dicetak kedalam beberapa versi bahasa Belanda,
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa.
Raden Ajeng Kartini,
lahir di Jepara saat penjajahan Kolonial Belanda menguasai Nusantara,pada
tanggal 21 April tahun 1879.
Peran kaum perempuan
pribumi mengalami keterpurukan panjang selama kurun waktu 300 tahun.
Sepeninggal Ratu Kalinyamat, perempuan hidup terbelenggu adat istiadat, etika
estetika serta kehilangan seluruh hak-hak kehidupannya.
Jangankan memimpin sebuah pemerintahan, sekedar untuk keluar rumahpun tidak
diperbolehkan.
Nilai-nilai Keislaman
yang kuat, mengakar dan membudaya di tanah Jawa.
Dimana dalam pandangan
agama Islam yang telah menyatukan tradisi dan beradaptasi dengan budaya
Jawa-Buddha-Hindu.
Semua perempuan selain tidak wajib bersosialisasi,juga harus siap untuk
dipoligami.
Menikah menjadi
kehidupan sekaligus ruang gerak kaum perempuan pribumi yang tidak lagi memiliki
ruang kebebasan selain didalam rumah.
Serta tidak dilibatkan lagi di setiap unsur dan bidang apapun pada sistem
pemerintahan.
Semua pria memiliki
banyak istri mencegah terjadinya pergantian generasi perempuan sesuai syariat
Islami.
Menghadapi masa revolusi
yang berat ini.
Tentu bukan menjadi
persoalan mudah yang harus dilalui oleh bangsa Indonesia.
Penjajah Belanda
berhasil merusak mental kaum bangsa Indonesia dengan sistem dagang kapitalisme
pasar bebas yang menghasilkan inovasi dan persaingan yang berakhir pada
monopoli dan kartel.
Kartini adalah pembuka
gerbang pembaruan yang mengangkat derajat kaumnya dengan ide-ide cemerlang dan
gagasan-gagasan melalui cara pandang modern.
Terlahir sebagai puteri
seorang pemimpin daerah, kemampuan Raden Ayu Kartini dalam berdiplomasi
membawanya pada lingkungan pergaulan kaum elite intelektual sehingga mempemudah
ruang kebebasannya dalam menjalin hubungan persahabatan dengan bangsawan Eropa
Belanda.
Dari situ pula, Kartini
kemudian tergerak membuka ruang kebebasannya berkreasi dengan mengirim surat
secara pribadi kepada kolega-kolega ayahnya di Jepara yang memiliki anak
perempuan dan diundangnya berkumpul di pendopo belakang rumah orangtuanya.
Rasa khawatir setiap
para orangtua membiarkan anak perempuan mereka keluar sendirian dari rumah
hanya memberinya seorang murid saja.
Namun karena Kartini
puteri orang nomor satu di Jepara, surat-surat yang dikirimnya tentu saja
menjadi undangan yang tidak etis apabila tidak diindahkan.
Satu persatu setiap para
orangtua kemudian mengijinkan puteri-puterinya mendatangi kediaman Bupati
Jepara sebagai bentuk apresiasi mereka.
Membaca dan menulis
merupakan seni sastra yang hampir sebagian besar hanya dikuasai oleh kaum pria
saja.
Dibumi nusantara peran kaum terpelajar menempati status sosial tertinggi sebab
keahlian menulis dimasa itu masih menggunakan tekhnik yang cukup rumit dengan
media tradisional seperti kulit binatang, batu, tanah liat serta kayu.
Dan hanya ditekuni oleh ahli agama, seperti biksu, pendeta Hindu, para resi
yang telah melepas semua hal yang bersifat duniawi.
Yang seriring waktu dibolak-balik status sosialnya oleh kaum bangsa kolonial
Belanda jika kaum Kaya Raya dan berharta bendalah sebagai pemegang status
sosial tertingginya.
Kartini mendobraknya
melalui sistem pendidikan modern yang dikuasainya.
Dengan merekrut anak-anak dan remaja perempuan sebagai ujung tombak
perlawanannya.
Melawan arus perubahan dalam penguasaan ilmu baca tulis dan kesusastraan
seperti dirinya.
Kartini menjadi ancaman
baru bagi kaum bangsa kolonial dan meninggal pasca 4 hari melahirkan
usai minum anggur sebagai bentuk perpisahan bersama dokter Van Ravesten yang
menanganinya saat mengandung hingga persalinan.
Dalam pandangan kaum
feminisme dan dinamisme tentang arti emansipasi wanita.
Kartini gagal keluar dari adat istiadat suku Jawa.
Kartini yang semula
lantang menentang poligami, justru menyerah dari prinsipnya dan menerima saat
dijodohkan hingga kemudian menikah dengan pria beristri yang merupakan seorang
Bupati Rembang.
Kartini dibungkam dari
pemikiran-pemikiran majunya yang ternyata berwawasan kebangsaan.
Buku Kartini terbit saat
pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia
Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung politik etis.
Hingga saat ini sebagian
besar naskah asli surat-surat Kartini tak diketahui keberadaannya dan jejak
keturunan J.H. Abendanon sendiri tidak mampu dilacak oleh Pemerintah Belanda.
Kartini dimakamkan
di Rembang Jawa Tengah pada 17 September 1904 diusia 25 tahun.
3 perempuan pribumi dari Jepara Jawa Tengah inipula yang menginspirasi Saya
sebagai perempuan yang juga terlahir di Jepara sekaligus cicit dari Eyang Buyut
Mardinah murid Raden Ajeng Kartini.
Berani belajar tanpa harus takut berbuat salah.
Sebab dari situ Saya bisa belajar, bukan karena merasa bisa tapi karena masih
bisa merasa. Sha
Sumber :
1. Peregrinação, Fernão
Mendes Pinto Tahun 1569
2. J.H. Abendanon
3. Belchior Faria tahun 1614
4. Babad Tanah Jawa
5. Alm. Sulastin Sutrisno
Comments
Post a Comment