Sha Mantha |
Inflasi di Indonesia
tahun 1957 mencapai 42,40% dan kian meningkat di pertengahan tahun 1960-an.
Rakyat Indonesia kerap
dirundung kesulitan ekonomi di era presiden Soekarno.
Satu dekade usai
proklamasi kemerdekaan negara Republik Indonesia.
Soekarno mencuri
perhatian dunia dengan kebijakan dan pendekatan politiknya yang agresif.
Dasarnya adalah sikap
anti-nekolim atau anti terhadap proyek neokolonialisme-imperialisme.
Sikap ini menganggap
proyek kolonialisme dan imperialisme asing bukan lagi dalam bentuk klasiknya,
melainkan dalam bentuk baru yang laten dan hampir tak tampak secara fisik.
Sejak awal, PBB sudah
dipandang negatif oleh Soekarno karena dianggap sebagai perwakilan para
kolonialis Barat, sehingga kebijakan-kebijakan yang dihasilkan juga
mencerminkan sifat neokolonialisme-imperialisme.
Kenetralan yang
digembar-gemborkan PBB, bagi Soekarno tidak lebih hanyalah omong kosong belaka.
Lalu pada 7 Januari 1965
Presiden Soekarno
mendeklarasikan bahwa negara Republik Indonesia keluar dari keanggotaan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menurut Public Papers of
the Secretaries General of the United Nations: Volume 7 U. Thant 1965-1967 (2010) yang disusun sejarawan PBB
Andrew W. Cordier dan Max Harrelson.
Keduanya menyebutkan.
Embrionya adalah
keinginan Federasi Malaya, yang dikenal dengan nama Persekutuan Tanah Melayu,
untuk menggabungkan Borneo Utara, Sarawak, dan Singapura menjadi satu negara
baru.
Dan pada September 1963
negara Malaysia lahir di bawah restu Inggris.
Inggris merupakan negara
yang sempat menjajah Hindia Belanda ( Indonesia ) pada 1811-1816.
Pasal 6 Piagam PBB
menyatakan
Majelis Umum memang
diberi kekuatan untuk menendang keluar negara anggota yang tak patuh pada
aturan.
Namun tak ada keterangan
jelas bagaimana sikap resmi PBB jika sebuah negara ingin keluar secara
sukarela.
Pada 20 Januari 1965
Tepat dua minggu usai
deklarasi
Soebandrio mengirimkan surat
resmi yang berisi pengunduran diri Indonesia dari PBB.
Meski PBB tetap membuka
pintu, ketegasan Soekarno membuat Indonesia memutus hubungan dengan
organisasi-organisasi bawahan PBB seperti WHO - UNICEF dan lainnya.
Yang secara otomatis
memutus dana bantuan sosial dan pendidikan senilai $50 juta yang gagal mengalir
ke Indonesia, demikian cataat Associated Press dan dilaporkan
ulang Rappler.
Tanpa berfikir panjang
dengan nasib rakyatnya saat itu.
Soekarno mengingatkan agar rakyat, kementerian dan militer Indonesia siap menghadapi segala konsekuensinya.
Sebab, hanya dengan
mengatasi kesulitan negara Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar.
Memasuki era Demokrasi
Terpimpin yang tak luput dari peran moralitas propaganda rahasia dalam sebuah
demokrasi.
Beberapa orang
mengkritik, manuver politik luar negeri Soekarno tak memperbaiki kondisi
perekonomian Indonesia yang justru makin memperparah keadaannya.
Ada pula yang menganggap
konfrontasi dengan Malaysia adalah pengalihan isu akan bobroknya perekonomian
Republik Indonesia kala itu.
Soekarno
mengidam-idamkan Indonesia sebagai negara yang mandiri dalam berbagai segi.
Pendirian Malaysia
berkat bantuan Inggris, menurut Soekarno, adalah salah satu contohnya.
Kemandirian ekonomi akan
menghindarkan Indonesia dari ketergantungan akan bantuan ekonomi dari negara
atau lembaga internasional.
Soekarno mencipta konsep
Berdikari atau "berdiri di atas kaki sendiri" untuk mencapainya.
Segala kebijakan yang
berbau nasionalisasi juga membuat pemodal asing, terutama dari Barat, kesulitan
masuk ke Indonesia.
Kemudian pada 30
September1965
Terjadi peristiwa yang dikenal dengan Gerakan 30 September yang menewaskan sekitar 700.000 tersangka komunis ( belum terhitung jumlah korban meninggal termasuk rakyat sipil yang dituduh sebagai komunis ).
Peristiwa yang disingkat
dengan G30S 1965 terjadi tepat 7 bulan usai Indonesia keluar dari PBB sekaligus
bibit penggembosan kekuasaan Soekarno.
Paul Lashmar dan James
Oliver mencatat di bukunya, Britain's Secret Propaganda War 1948-77.
Bahwa Inggris juga
punya peran besar dalam upaya tersebut.
Departemen Penelitian
Informasi Kantor Luar Negeri (IRD) didirikan di bawah Pemerintah Buruh pada
tahun 1948 yang secara diam-diam dibiayai dari anggaran Dinas Intelijen
Rahasia.
Sebuah organisasi besar
yang memiliki hubungan dekat dengan MI6.
Sejak 7 Agustus 1949
hingga 2 September 1962.
M16 (Badan Intelijen
Inggris ) telah menyusup kedalam tubuh kelompok Islam yang jatuh dalam tindak
radikalisme.
Sementara gerakan
radikalisme agama merupakan taman bermain paling nyaman untuk para agen
intelijen.
Pemberontakan bersenjata
yang selama 13 tahun telah menghalangi pertumbuhan ekonomi masyarakat di
Indonesia.
Dan dilakukan oleh
kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan pembentukan negara Islam di
Indonesia.
M16-melakukan kampanye
propaganda rahasia yang kuat melawan Komunisme Blok Timur selama hampir tiga
puluh tahun menggunakan wartawan, politisi, akademisi, militer dan anggota
serikat buruh yang dilakukan dengan penuh kesadaran.
Operasinya diperluas ke seluruh dunia dan mencakup surat kabar, majalah, kantor berita, penerbitan buku, akademisi dan stasiun radio.
IRD melakukan pekerjaan
yang sangat baik dalam memberikan materi kepada media, kata Lashmar dan Oliver,
sehingga seringkali sulit untuk mengatakan siapa yang jurnalis dan siapa
propagandanya.
Perang yang tidak
sepenuhnya dimenangkan di medan perang tersebut.
Tujuannya sederhana:
penguasaan sumber daya alam Indonesia melalui jalur investasi asing sekaligus
suatu masalah pelik yang sangat sulit direalisasikan selama Soekarno berkuasa.
Menggunakan beragam
teknik untuk memengaruhi pendapat dunia dan domestik.
Kegiatan IRD
mencerminkan dan melengkapi operasi propaganda rahasia CIA ( Amerika Serikat )
yang serupa.
CIA mendanai politisi
antikomunis Inggris dan anggota serikat buruh yang membantu mengalahkan aktivis
kiri di dalam dan di luar negeri.
Agen IRD Inggris
membantu menggulingkan rezim Soekarno di Indonesia yang kaya akan minyak,
karet, dan timah dan diancam oleh partai komunis yang memiliki lebih dari
sepuluh juta anggota.
Setaun kemudian 19
September 1966
Indonesia menyatakan
keinginannya untuk kembali menjadi anggota PBB.
Keinginan ini disambut
hangat pada sidang Majelis Umum PBB yang digelar pada 28 September 1966.
Perwakilan Indonesiapun
kembali aktif di markas PBB.
Diiringi bantuan
internasional yang kembali mengalir ke Indonesia dengan
beragam investasi Inggris dan negara-negara “nekolim"
lainnya. Sha
Dari Berbagai Sumber
Comments
Post a Comment