Sha Mantha |
Negara INDONESIA menciptakan buruh meski tidak bekerja di pabrik.
Tidak
peduli siapapun yang memiliki pekerjaan sendiri dengan ketrampilannya, beserta
seluruh peralatan kerja, bahkan menciptakan lapangan pekerjaan beserta jadwal
kerja yang dibuat sendiri.
Yang akan
memilah hanyalah semangat dan kemampuan bidangnya nantinya.
Ketrampilan
dan keinginan belajar serta pengakuan dari sesama yang menikmati dan
menggunakan karyanya.
Negaralah
yang menghalangi perwujudan pencapaian dengan menghalangi cita-cita tersebut
dan mempersulitnya dengan segala aturan birokrasi juga sumber dayanya.
Karena
paham kiri hanya berkiblat buruh yang tetap sebagai manusia yang tersuruh,
menjauhkan bangsa Indonesia beserta seluruh rakyat didalamnya sampai kepada
tujuan dan cita-cita merdeka.
Tidak ada
yang dapat menolong negara Indonesia keluar dari masalahnya selain bangsa ini
sendiri.
Solusinya
hanya tentang bagaimana kesejahteraan dan pencerdasan bersama serta menjaga
sumber daya untuk masa depan agar menjadi suar bagi dunia dengan menjaga
ketentramannya.
Rakyat di
negara ini kini tengah Hidup di negara yang diselubungi kegelapan mengharap
fajar bersinar ketika;
Seluruh
warga Masyarakat di negaraku INDONESIA tetap buruh:
1. Buruh
kepentingan partai politik dan kaum elite
2. Buruh kepentingan asing untuk
menggerogoti aset sumber daya negeri yang bahkan lupa telah membunuh generasi
sendiri
3. Buruh keluarga komsumtive yang salah
gaya, budaya, konsep dan terapan yang disuapi dan bergaya meninggalkan adat
istiadat serta budayanya sendiri.
Sosialisme
yang mengutamakan kebersamaan dengan keadilan bagi setiap manusia tanpa kelas
tak pernah ada di negara ini.
Ketika
Kasta dan kelas nyatanya memeras keringat dan darah menguras airmata diatas
tawa kaum kelas atas yang berfoya-foya dan sangat serakah.
Akibatnya
"Harga diri bangsa Indonesia kini tak lagi berjati diri."
Ambisius
elit intelektual untuk mewujudkan sosialisme faktanya tidak efektif, sebab
didukung sepenuhnya oleh massa atau rakyat yang sadar-idologis.
Sehingga
berakibat kekuasaan dirampok para reformis yang menjilat sekaligus musuh utama
rakyat miskin Kapitalis.
Peradaban
manusia sedang menuju pada keutuhan manusia atas segenap hidupnya.
Bagi
manusia tertindas yang selama ini terkungkung dan terkekang, dikendalikan
hidupnya oleh manusia lainnya yang bernama penindas, maka sudah seharusnya
berkesadaran untuk mendapatkan kebebasan hidupnya dengan berfikir, bergerak,
bertujuan.
Rancangan
Undang-undang dan kenaikan iuran BPJS serta Undang-undang Minerba menjadi
hasil nyata dari demokrasi liberal yang hanya mementingkan kapitalisme di
Indonesia.
Sistem
pemilu dengan Parlementary Treshold dan President Treshold di negara INDONESIA
hanya memungkinkan partai - partai serta siapa siapa yang BOLEH duduk di
lingkar kekuasaan baik di Eksekutif maupun Legislatif atas selera OLIGARKI atau
pemodal politik.
Sehingga
siapapun Presidennya akan tidak berdaya pada KEPENTINGAN OLIGARKI daripada
memenuhi KEPENTINGAN RAKYAT secara keseluruhan.
Diperparah
dengan partisan pemilu yang tidak menyadari jerat jerat oligarki yang membunuh
dirinya dan membabi buta membela kelompoknya masing masing dan lari dari amanat
konstitusi.
Partai
politik kemudian menciptakan hamba sebagai Presiden, Pejabat dan Perwira Tinggi
menjadi pribadi yang tidak akan pernah berdaulat
Negara
Indonesia sedang dituntun supaya terjerumus ke -dalam
Ototarian dan baru menyadari ketika seluruh Sumber Daya Alam sudah dimiliki
individu individu yang serakah lewat sistem pemilu liberal dengan hutang yang
membumbung tinggi.
Lalu
apakah Oligarki dapat dilawan dan dikalahkan dalam pemilihan presiden dan
pilkada?
Jika
kesadaran masyarakat INDONESIA cukup maju, ada pengorganisiran, terdapat wadah,
serta kepemimpinan, maka Oligarki seketika punah dari
Rakyat
Indonesia, bukanlah nasib dibawah kuasa dan takdir dibawah senjata.
Bambu
merunduk serumpun, lidi merendah terikat darah.
Di tanah
pada kedalaman air.
Tanah
darah air kehidupan menjadi daging dan harapan
Tanah darah air kehidupan menjelma
nyawa pertempuran
Jika
setiap orang harus melahirkan kredo, maka tiap-tiap pelakunya akan terus
mencari titik klimaks sebagai pencapaian dalam atas keberanian berkarya dalam
kesanggupan menikahi proses.
Jika
seluruh orang Indonesia menemukan "Tanah Darah Air Kehidupan" Kredo
atas diri Saya, maka itu adalah salah.
Saya
adalah milik semua pewaris sah Nusantara yang telah Saya temukan ditanah-tanah
sisa ampas jajahan yang sama sekali belum menemukan hakikat sebagai manusia
yang berdaulat di atas tanah kuburnya sendiri.
Alasan
terkecil Saya yang melulu mencintai asal mu'asal dari keseharian adab di tanah
dalam menemukan "Tanah Air Darah Kehidupan." Sha
Oleh
Berbagai Sumber
Comments
Post a Comment