Gerakan Banteng Bekukan Daerah Istimewa Surakarta

 

Sha Mantha
                          

              Atas desakan Soekarni ketua gerakan nasionalisme anti Kolonial Belanda.

Dilakukanlah penculikan terhadap Soekarno dan Hatta yang bertujuan  untuk menjauhkan Soekarno-Hatta dari "pengaruh" Jepang.

Dan "diasingkan" ke Rengasdengklok oleh kelompok pemuda yang dipimpin olehnya.

Pada 17 Agustus 1945
Tepat jam 10.00 wib pagi

Dikediaman seorang warga negara Indonesia keturunan Arab yang berada di Jl Pegangsaan Timur Jakarta.

Soekarni kemudian mendesak Soekarno - Hatta agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Naskah proklamasi kemerdekaan yang ditulis oleh Soekarno kemudian dibacakan oleh Soekarno dibawah tekanan pemuda Indonesia yang disertai dengan pengibaran bendera merah putih.

Sehari kemudian Soekarni pula yang mengumumkan kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru wilayah di Indonesia.

Pada tanggal 18 Agustus 1945

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menjadi kerajaan Nusantara pertama yang lebih dulu menyatakan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah Indonesia merdeka.

Kemudian disusul oleh Praja Mangkunegara pada tanggal 19 Agustus 1945.

Dan 4 hari kemudian tepatnya pada tanggal 22 Agustus 1945 Kasultanan Yogyakarta dan Puro Pakualaman Yogyakarta menyatakan bergabung dengan Negara Kedaulatan Republik Indonesia.

Setelah kemerdekaan Indonesia ditambah merosotnya kehidupan ekonomi dan kekacauan politik, para buruh kemudian melakukan revolusi.

Sebelum perang dunia II
Keraton Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran Solo berada dalam posisi pembangunan industri agraris khususnya gula tebu dan tembakau.

Dari aktifitas ini pula yang menyebabkan tumbuhnya kelas buruh.

Kaum buruh yang kemudian memunculkan ideologi sosialis-komunis.

Di masa revolusi usai kemerdekaan Negara Republik Indonesia inilah kemudian muncul berbagai gerakan dan pemberontakan, yang dilatarbelakangi oleh berbagai ideologi disertai propaganda CIA juga M-16 agent rahasia Inggris sekaligus tentara Inggris - Belanda dan Jepang yang hendak merebut kembali wilayah Indonesia.

Pada Oktober 1945
Muncul gerakan anti monarki di Surakarta yang dipimpin oleh Tan Malaka.

Tan Malaka merupakan mantan kader partai komunis Indonesia yang sudah berdiri sejak tahun 1926.

Meskipun sudah keluar dari kelompok komunisme - Tan Malaka rupanya masih menjiwai ideologi sosialisme yang terlanjur mendarah daging.

Tujuan gerakan penghapusan DIS adalah untuk membubarkan Praja Mangkunegara Solo dan Keraton Susuhunan Surakarta.

Sekaligus upaya memudahkan perampasan tanah-tanah pertanian milik Praja Mangkunegara dan Keraton Kasuhunan untuk dibagi-bagikan sesuai dengan kegiatan landreform oleh golongan sosialis.

Barisan Banteng kemudian berhasil menguasai Surakarta.

Tanggal 17 Oktober 1945
Perdana Menteri Kasunanan KRMH Sosrodiningrat diculik dan dibunuh oleh gerombolan Anti swapraja.

Aksi ini diikuti pencopotan Bupati-bupati yang umumnya kerabat raja dan diganti orang-orang yang pro gerakan Anti swapraja.

Belanda yang tidak merelakan kemerdekaan Indonesia berusaha merebut kembali Indonesia dengan cara kekerasan dan mengakibatkan jatuhnya Jakarta  kembali ke tangan Belanda.

Pada 2 Januari 1946
Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII menjaminkan diri kepada  pemerintah RI untuk memindahkan ibu kota RI ke Yogyakarta.

Ibukota negara Indonesia yang semula berada di Jakarta kemudian dipindahkan ke Daerah Istimewa Yogyakarta.

Karena kondisi di daerah lain belum sebaik dan seaman situasi kota Yogyakarta.

Pihak Keraton Kasultanan Yogyakarta pula yang menanggung biaya operasional para pejabat RI selama berada di Yogyakarta sebesar 6juta Golden.

Ditambah dengan kondisi kas Negara RI yang saat itu sedang kosong, pemerintahan Indonesia terus menjalankan roda pemerintahannya menggunakan dana kerajaan Nusantara.

Istana Kepresidenan yang berlokasi di Gedung Agung oleh pihak Keraton  Kasultanan Yogyakarta dan Puro Pakualaman diisi kembali dengan berbagai perabotan dan peralatan lengkap untuk menunjang kegiatan pemerintahan bisa berjalan dengan baik.

Selain itu, pihak Kraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman juga memberikan tempat penginapan kepada segenap jajaran pejabat tinggi dari Jakarta yang ikut hijrah ke Yogyakarta.

Pejabat-pejabat pemerintah Orde lama tersebut tinggal di lingkungan Keraton Kasultanan Yogyakarta , di Puro Pakualaman dan di rumah-rumah penduduk.

Didukung oleh antusiasme rakyat Yogyakarta dengan menyumbangkan tenaga, makanan dan harta benda mereka.

Lalu pada maret 1946
Perdana Menteri Kasunanan Surakarta yang baru yaitu KRMT Yudonagoro diculik dan dibunuh oleh kelompok anti monarki

Hingga April 1946
9 pejabat Kepatihan mengalami hal yang sama.

16 Juni 1946
Pemerintah Indonesia kemudian mengubah status DIS menjadi Keresidenan, menyatu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Didukung oleh Jendral Sudirman status Daerah Istimewa Surakarta kemudian dibekukan.

Penetapan Status otonomi khusus ini
Sejak Agustus 1945 hingga Agustus 1946 tidak pernah ditetapkan dalam pasal ke-18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Namun hanya berupa Piagam Penetapan Presiden tanggal 19 Agustus 1945 dan UU No 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah.

Setelah pemindahan ibukota negara Indonesia di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kota Solo kemudian dijadikan basis pergerakan oleh para aktivis.

Karena banyaknya kerusuhan, penculikan dan pembunuhan.

Pemerintah RI kemudian membekukan status DIS yang untuk sementara waktu dan didukung oleh Jendral Sudirman.

Langkah yang dilakukan oleh presiden Soekarno saat itu dengan menurunkan kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunegaran.

Sementara daerah Surakarta yang bersifat istimewa diubah kebentuk keresidenan sebelum bentuk dan susunannya ditetapkan oleh undang-undang.

Akibatnya status Susuhunan Surakarta dan Adipati Mangkunegara hanya sebagai simbol di masyarakat dan warga negara Republik Indonesia.

Dan fungsi Keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa.

Tahun 1948
Tan Malaka bersama Soekarni kemudian mendirikan Partai Musyawarah Orang Banyak ( Murba ) yang diketuai oleh Soekarni.

Tahun 1965
Terjadi gerakan satu Oktober ( Gestapu ) istilah Soekarno yang lebih dikenal sebagai gerakan 30 September.

Pergerakan yang ditujukan sebagai bentuk pemberontakan ini dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia.

Sebelum terjadinya pemberontakan, Soekarni  sudah memberikan informasi kepada Soekarno bahwasanya PKI disinyilar akan melakukan pemberontakan namun tidak diindahkan oleh Soekarno.

Informasi tersebut justru dianggap sebagai tindakan provokatif oleh Soekarno.

Soekarno yang terlalu percaya pada  PKI kemudian membubarkan partai Murba yang dianggapnya berseberangan

Uji materi ke Mahkamah Konstitusi atas UU Negara Bagian Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1950.

Menjadi langkah yang akan ditempuh untuk menghidupkan kembali Daerah Istimewa Surakarta sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dimasa kini. Sha

Dari Berbagai Sumber

Photo by Puguh Rata Widura




Comments