Sha Mantha |
Dongeng dan legenda adalah bagian dari sejarah yang sudah terjadi seolah-olah.
Tradisi Masyarakat luas di Indonesia adalah mentransmisikan pemikiran dari generasi ke generasi masa depan.
Membentuk sifat dan jiwa kepribadian bangsa Indonesia yang memiliki keyakinan kuat, bahwa ada kekuatan lain yang mewujud sebagai mukjizat yang dapat terjadi kapan saja, diluar nalar serta batas akal sehat manusia.
Bahwa laku hidup di dunia seseorang itu ada dan ujudnya selalu pertanyaan;
Tetapi zaman peradaban mengantarkan manusia bukan lagi sebatas dan sebagai makhluk ekonomi saja.
Abad Pertama Masehi membawa manusia pada peradaban modern, yang makin maju dalam berpola pikir dan bercitarasa seni tinggi.
Tokoh pewayangan muncul, berdasarkan pada bukti-bukti sejarah, yang dapat dibuktikan secara ilmiah dengan berbagai peninggalan dan situs-situs berbentuk batu / arca, seperti tokoh Bambang Sakri, Abimanyu, dan tokoh-tokoh pewayangan lainnya.
Ke semua tokoh tersebut, semakin populer, seiring kemajuan suatu peradaban, yang lambat laun dikembangkan ke bentuk seni sastra modern dan luas dikenal di abad ke-7, pada era pemerintahan Negara Kalingga dengan pusat Ibukota di ujung paling utara Jawa.
Tokoh-tokoh pewayangan tersebut diciptakan sebagai cara kakek nenek moyang bangsa Indonesia, agar sampai kepada cita-cita serta zaman yang diinginkan.
Terdapat ribuan dongeng dan legenda Nusantara, namun hanya sedikit yang dimunculkan ke permukaan masyarakat, sebab masih dianggap tak jelas asal usul, bukti manuskrip dan kitab-kitabnya.
Namun dari segelintir dongeng bangsa Indonesia, terselip "Rindu Sari Cinta Makna"
Bahwa semua yang hidup, tidak akan pernah berhenti belajar dari kenyataan yang ada.
Cerita rakyat yang berasal dari rakyat yang tertindas, membentuk kekuatan pasukan langit yang berasal dari rakyat kecil yang tidak memiliki uang, bahkan tidak memiliki potensi.
Rakyat kecil yang terilhami dari kisah Baladewa.
Bala adalah tentara dewa, yang berasal dari kekuatan pasukan langit.
Persaingan dalam suatu dinasti, sejak lampau menjadi kisah klasik yang turun temurun diceritakan, sekaligus tuntunan.
Legenda rakyat Nusantara, menguraikan kisah Prabu Basudewa dari Kerajaan Mandura.
Ia baru saja dikaruniai bayi laki-laki kembar yang diberi nama Kresna dan Kakrasana.
Kedua bayinya bukanlah kembar identik yang dapat dibedakan dari warna kulit keduanya.
Kresna terlahir berkulit hitam legam sedangkan Kakrasana berkulit putih.
Belum genap rasa bahagianya usia dikaruniai buah hati, ancaman datang dan hampir membunuh kedua bayinya yang hendak dibunuh oleh Kangsa, putera Prabu Gorowangsa.
Kakrasana kemudian diungsikan ke Kademangan Widarakandang bersama kembarannya Kresna dan sang adik, Dewi Bratajaya.
Tetapi dari kedua puteranya
Kakrasana terlahir istimewa sebagai reinkarnasi Laksamana dan Batara Basuki, Dewa Kesejahteraan dan Keselamatan.
Saat tinggal di pengungsian
Kakrasana ternyata diam-diam belajar berbagai ilmu dari Dewa Brahma yang kala itu tengah menyamar menjadi Brahmana / Resi yang bertapa di gunung.
Kakrasana kemudian mendapatkan hadiah dua buah pusaka pemusnah dahsyat bernama Nanggala dan Alugara dan mewarisi tahta Prabu Basudewa dan bergelar Prabu Baladewa.
Sedang adiknya Kresna menjadi Raja di Dwarawati.
Pusaka / Senjata Nanggala berbentuk mata bajak dan Alugara berbentuk gada dengan kedua ujung yang runcing.
Namun karena kedahsyatan Pusaka Nanggala, Nanggala bahkan tidak boleh diperlihatkan di depan umum.
Hingga Suatu sore, Baladewa keluar membawa Nanggala.
Latihan perang yang dilakukan Baladewa, bukan bermaksud hendak menunggu terjadinya sebuah peperangan.
Latihan yang dilakukan Baladewa hanya bertujuan untuk mengasah kembali kelayakan dan kemampuan Pusaka / Alutsita yang dimilikinya.
Hingga akhirnya, pecah Perang Baratayudha tak lagi terelakkan.
Baladewa justru mengikuti keinginan Kresna untuk tidak menyaksikan peperangan dan bertapa di sebuah air terjun.
Gemuruh air terjun diharapkannya dapat membuat telinganya tak mendengar suara perang.
Tapi suatu hari ia mendengar kematian Prabu Kresna dan Kerajaan Dwrawati hancur.
Baladewa pun merasa sedih karena saudara yang amat ia kasihi meninggalkannya lebih dulu.
Ia pun kembali pergi ke hutan dan bertapa hingga tewas.
Meski memiliki senjata maha dahsyat, Baladewa sama sekali tidak pernah turun ke medan peperangan.
Dan jika Ia mau, tentu Ia mampu membelah lautan bahkan menebas matahari, tetapi semua tak dilakukannya, sebagai bentuk kesadaran Baladewa dalam bertindak dan mengendalikan kemarahannya.
Sebagaimana sifat Baladewa
Prajurit melakukan tugas penegakan kedaulatan, hukum dan keamanan disetiap sudut langit-dasar laut hingga darat, diwilayah hingga perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Senjata Baladewa KRI Nanggala-402, memang hilang kontak pada Rabu, 21 April 2021 saat melakukan latihan penembakan torpedo di Laut Bali dan membawa 53 awak personil.
Tetapi KRI Nanggala-402, telah menunaikan janji pada Ibu Pertiwi- selamanya menjaga perbatasan laut Indonesia.
Comments
Post a Comment