Collateral Nusantara Wujudkan Zaman Baru Bag-II


Ndalem Sasonomulyo Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Jawa Tengah-Indonesia


Nusantara Di awal abad 17

Di tahun 1620
Nusantara dijajah Belanda selama 350 tahun

Raja Nusantara yang melawan Belanda, secara sepihak seluruh data administrasi kekayaan asset mereka di Bumi Nusantara, dihanguskan oleh Belanda.

Tak terkecuali Kasultanan Kartasura hingga Kasunanan Surakarta, pewaris / penerusnya.

Sedangkan Raja-Raja Nusantara yang soleh, dan patuh terhadap dikte Belanda; "Diperdaya"; Seperti Kasultanan Cirebon-Kasultanan Siak, Kasultanan Mataram Islam, Kasultanan Ternate, Kasultanan Cirebon hingga yang lainnya; Sebagaimana kebanyakan negara, penguasa monarki merupakan simbol kesinambungan serta kedaulatan negara di wilayah Nusantara saat itu.

Dengan Seluruh aset kekayaan dari Para Raja Nusantara; yang memiliki nilai ratusan triliun Dollar Amerika Serikat; dan berbentuk emas, logam mulia, berlian, dan yang lainnya; agar di simpan di Bank Zuchrigh, Jerman.

Sebab di masa itu; Jerman merupakan negara makmur yang menguasai dunia, sekaligus tempat salah satu Bank tertua di dunia.

1. Perlawanan Aceh di tahun 1607-1636

Aceh menjadi kekuatan dominan di Sumatera dengan kekuatan militer besar yang dihimpunnya menjadi penantang utama laju dominasi Portugis di Semenanjung Malaya selama abad ke-17.

Dibawah pengawasan
Iskandar Muda yang menerapkan Hukuman Keras di masa itu, untuk melatih kekuatan perlawanan Nusantara berikutnya, terhadap Portugis di Malaka

Menurut karya Bernard Dorleans

Augustin de Beaulieu, pelaut asal Prancis yang sempat menetap di Aceh, mengatakan; Jika Iskandar Muda amat kejam, sejak Augustin berada di Aceh.

Menurut Pelaut Perancis tersebut; Setiap hari Iskandar Muda akan membunuh orang secara tiba-tiba tanpa mengucap sepatah kata.

Beberapa dokumen dari sumber-sumber asing seperti karya Denys Lombard bahkan menyebut; Jika Iskandar Muda pernah membunuh bayi dengan cara membenturkan  ke dinding karena bayi itu tak berhenti menangis.

2. Perlawanan Mataram Islam Jawa Tengah - Jawa Timur)

Serangan dari Jawa pun tak lekang surut hingga tahun 1628 dalam melawan penjajahan Belanda yang dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram Islam, terhadap Batavia; sebagai bagian dari rencana politik ekspansionisnya di Jawa.

Meski Pasukan Sultan Agung telah berkali-kali menyerang benteng dan selama 30 hari ribuan prajurit Juga telah mencoba membendung sungai Ciliwung untuk membuat pasukan Belanda kehausan, namun prajurit tersebut  tetap saja harus menemui kekalahan.

Dalam sebuah pertempuran besar di dekat benteng, pasukan Belanda berhasil mengalahkan pasukan Mataram.

Pasukan Mataram akhirnya dipukul mundur oleh Belanda.

Tak berselang lama; Sultan Agung seketika mengirimkan pasukan algojonya untuk memenggal kepala Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Mandureja, kedua panglima pemimpin penyerbuan beserta prajuritnya karena telah gagal merebut Batavia.

VOC menemukan 744 mayat prajurit Jawa yang tidak dikuburkan, beberapa di antaranya tanpa kepala,” tulis M.C. Ricklefs dalam bukunya yang berjudul Sejarah Indonesia Modern.

Serangan Sultan Agung kedua terjadi pada tahun 1629.

Kali ini dipimpin Adipati Ukur, namun sekali lagi, pasukan Mataram dipukul mundur.

Adipati Ukur memutuskan untuk memberontak karena gentar dan takut dengan hukuman penggal Sultan Agung.

Kudeta Mataram Islam-Celah VOC

Pada 1647
Amangkurat I membuat daftar para ulama beserta keluarga mereka untuk dikumpulkan, lalu dibantai di alun-alun Istana Plered.

"Dan dalam waktu setengah jam, tidak kurang dari 5000-6000 ( lima hingga enam ribu orang dibantai)."

Terang Van Goens, utusan VOC untuk Mataram saat berada di Plered, melihat mayat bergelimpangan di jalanan. Tulis Denys Lombard dalam Nusa Jawa: Silang Budaya Jilid II.

Amangkurat I disebutkan, kerap terlibat perselisihan tahta, dimulai dengan membunuh Pangeran Alit, untuk memuluskan jalan tahta Mataram Islam.

Selain membantai kaum ulama karena dianggap telah berkonspirasi dengan mendiang saudaranya untuk merebut tahta.

Pada 1677
Plered berhasil diduduki oleh pasukan Trunojoyo dari Madura yang memberontak, hingga memberi celah bagi VOC masuk ke dalam politik istana Mataram.

Berkat VOC, pemberontakan berhasil ditumpas namun kedaulatan Mataram kian terkikis.

Amangkurat I kemudian memindahkan pusat pemerintahan Mataram Islam dari Kasultanan Plered ke Kartasura Jawa Tengah.

Kekalahan Nusantara yang masih membawa suku - agama hingga di abad ke-19, tak lantas menyurutkan perlawanan terhadap bangsa-bangsa yang secara BERESTAFET menyerang Nusantara.

Usai pecahnya Negara Majapahit yang berpedoman pada Kesatuan Nusantara, berhasil terpecah dengan berdirinya Negara Islam Demak di Nusantara di abad ke-15.

3. Perlawanan Kasultanan Sunda Di Jawa Barat

Perjuangan bangsa tak lantas terhenti begitu saja.

Pada tanggal 10 Mei 1810

Sultan Achmad Al Misri, yang memimpin tanah Sunda di seantero Jawa bagian Barat.

Akhirnya berhasil menggempur mundur pasukan laut Kerajaan Perancis dibawah komando Herman Williem Daendels, yang hendak menyerang wilayah Negara kedaulatan Banten.

H.W. Daendels beserta pasukannya menyerah tanpa syarat dan menjadi tawanan Negara di Kasultanan Sunda Jawa Barat.

H.W. Daendels adalah perwakilan dari kerajaan Perancis, karena saat itu Belanda masih dijajah oleh Perancis.

Berkat kemenangannya tersebut; Sultan Achmad yang pernah bersekolah di Inggris kemudian mengundang sahabatnya Thomas Stanford Raffles dengan maksud hendak merayakannya, karena menganggap Inggris adalah musuh bebuyutan Perancis.

Ia berfikir jika Inggris tentu turut senang setelah berhasil memukul Perancis dan menawan panglimanya.

Namun tanpa Ia ketahui sebelumnya;
Raja Inggris, George III, telah terguncang jiwanya atas kemerdekaan Amerika Serikat, dan menaruh dendam kesumat terhadap Negara Kedaulatan Jawa Barat.

Setelah sebelumnya
Sri Baduga Maharaja Sultan Abul Mafachir Moehammad Alioeddin Al Misri.

Rupanya telah memberikan pinjaman keuangan/ kolateral (ribuan ton emas) kepada negara Amerika Serikat.

Sekaligus Raja pertama yang mengakui kemerdekaan Amerika Serikat yang dipimpin oleh, George Washington sebagai Presiden pertamanya.

Sultan Abul Mafachir Moehammad Alioeddin Al Misri; Juga turut membantu pembangunan “White House”, gedung pemerintahan Amerika Serikat di Washington DC.

Kemerdekaan Amerika Serikat, turut diwarnai dengan mundurnya Inggris, namun hal tersebut dilakukan bukan lantaran kemenangan Amerika, tetapi karena desakan Sultan Alioeddin kepada administratur benua Amerika yaitu Kerajaan Inggris.

Sekaligus upaya Sultan Alioeddin yang ingin menggembalikan pemerintahan Bangsa Malay-Indian, dari arsip kuno yang ditemukan di wilayah Amerika; karena masih bawahan dari Negara Kedaulatan Jawa Barat.

Umpan undangan Sultan Alioeddin kepada Inggris itulah yang dijadikan batu loncatan oleh Raja George IV Inggris melalui utusannya T.S. Raffles; untuk misi khusus Inggris  yang rupanya menaruh dendam terhadap Negara kedaulatan Jawa Barat di Nusantara atas kemerdekaan Amerika Serikat.

T.S. Raffles ditugaskan untuk membunuh Sultan Achmad, sekaligus menghancurkan Negara kedaulatan Jawa Barat dari tanah Nusantara dan juga membebaskan H.W. Daendels.

Sebab H.W. Daendels adalah bangsawan De’Orange yang masih merupakan sepupu dari keluarga Buckingham.

Strategi kemudian dilancarkan oleh;
T.S. Raffles dengan mengajak Sultan Achmad untuk berkeliling wilayah Nusantara, dengan tujuan Pulau Banda, di bagian kepulauan Sunda Kecil, penghasil pala terbaik di dunia.

Ketika itu Sultan Achmad hanya dikawal dengan pasukan kecil, dengan maksud sekedar hendak pergi jalan-jalan.

Sultan Achmad pun tak menyadari bahwa ajakan sahabatnya itu sebenarnya adalah jebakan saja; karena sebelum keberangkatan, T.S. Raffles telah memerintahkan pasukan AL nya untuk menunggu di Laut Banda.

Setiba di laut Banda, rombongan Sultan Achmad seketika dikepung oleh pasukan AL Inggris.

Tanpa persiapan apapun, Sultan Achmad menyerah tanpa perlawanan berati, kemudian diikat dan ditinggalkan begitu saja oleh T.S Raffles di sebuah pulau kosong dan terpencil.

Kapal kebesaran Sultan Achmad kemudian diambil alih oleh T.S. Raffles agar tak dicurigai saat kembali istana Kasultanan Sunda Jawa Barat.

Akibatnya; semua mengira jika rombongan kapal kebesaran Sultan Achmad yang telah dikuasai T.S. Raffles beserta kapal pasukan AL Inggris kembali ke pelabuhan Sunda Kalapa  adalah rombongan Sultan Achmad dan sahabatnya T.S. Raffles.

Siasat culas ini pula yang memudahkan T.S. Raffles beserta pasukannya menduduki pusat Kasultanan Sunda di Nusantara.

Setelah berhasil menguasai pusat pemerintahan, T.S. Raffles mengambil alih beberapa wilayah strategis Negara Kedaulatan Sunda hingga Malaka dan Singapura.

Untuk melicinkan kepentingan politiknya, T.S. Raffles juga menghilangkan bukti sejarah lainnya dengan menghancurkan Istana Surosowan Banten.

Di pada tahun 1816

T.S. Raffles kemudian menyerahkan pendudukan (Annexation) administratif kolonial di wilayah Sunda, pada Kerajaan Belanda (sahabat kerajaan Inggris) di Semarang.

Setelah membebaskan H. W. Daendles; T.S. Raffles akhirnya membuat perjanjian pengangkatan Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda dengan syarat mengikuti seluruh skenario rekayasa dan membungkam siapa saja yang mengetahui sejarah ini selanjutnya.

Ditandai dengan pengangkatan Herman William Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Maka dimulailah kekejaman penjajahan Belanda sebagai perpanjangan tangan Inggris terhadap Nusantara.

Akibatnya
Ribuan ton emas dijarah, dan digunakan untuk modernisasi England dan pembangunan persemakmuran negara jajahannya seperti; Kanada- Australia+ Singapura-Hongkong- Afrika Selatan dan negara-negara persemakmuran Ingris lainnya.

Bukan hanya itu saja;
Keluarga dari kerajaan-kerajaan di Nusantara dibantai dan dirampok.

Selain perampasan manuskrip Nusantara serta pemusnahan bukti-bukti pemerintahan.

Dengan sebagian arsip yang disimpan di Mahkamah Internasional Den Haag dan Universitas Leiden, Amsterdam.

Mahkamah Internasional berada di Belanda, karena sejarah aset dunia tersimpan disana beserta literatur pendukungnya.

Pecahnya satu persatu Negara Kedaulatan di Nusantara, kian memperkeruh Nusantara yang perlahan namun pasti, harus melepaskan Kesatuan wilayahnya, dimulai dari; Malaka-Singapura-Filipina-Brunei Darussalam-Vietnam-Kamboja dan lainnya. 

Perlawana terus meletus seperti;

Perang Pattimura-Maluku, 1817 )
Perang Paderi- Sumatera Barat, 1821-1837 
Perang Diponegoro-Jawa Tengah, 1825-1830), dan masih banyak lagi

Namun tetap saja seluruh perlawanan tersebut; Kembali dipatahkan oleh Belanda.

Sebab dilakukan dengan membawa suku, agama, dan daerah masing-masing, tanpa dilandasi persatuan lagi.

Duri dari semak dan belukar yang ditanam setelah ditebang, akan menusuk lebih dalam dan mengeluarkan lebih banyak darah. Sha

Bersambung... 




Comments