Batik Simbolisme Semesta

 

Sha Mantha


Saat mengikuti konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa di tahun 1980-an.

Presiden Republik Indonesia ke-2, Soeharto,  mengenakan batik saat konferensi berlangsung, sekaligus sebagai awal mula diperkenalkannya kain etnik khas dari Indonesia, terhadap dunia internasional.


Presiden Soeharto berdiri dibarisan kedua dari kanan

Identitas batik, sebagai warisan dan budaya Nusantara, meluas dikenal sebagai estetika kain etnik dari masing-masing Negara ( Kerajaan-Kerajaan di Nusantara, sebelum Indonesia merdeka ).

Dengan 3 Kerajaan terkuat di Nusantara pada abad ke-7, yang mewariskan batik, sebagai busana Khusus yang dikenakan bagi kaum pria dan wanita bangsawan saja, dengan ciri khas motif, warna, corak serta jenis dari masing-masing keluarga yang diterapkan secara turun temurun oleh tiap-tiap Kerajaan  tersebut.

Ketiga Kerajaan besar tersebut antara lain;

1. Negara Kedaulatan Mataram Kuno di Pulau Jawa dengan mayoritas pemeluk agama Buddha Mahayana sekaligus pusat agama Buddha di Asia Tenggara

2. Negara Sriwijaya di Sumatera, yang juga menoreh zaman kejayaan Buddha Mahayana

3. Negara Kutai di Kalimantan Timur dengan agama Hindu Dharma

Di masa lampau

Kegiatan mem-batik, bahkan hanya dilakukan oleh Raja, permaisuri, dan kalangan puteri-puteri bangsawan saja, dengan pakem/keauntetikan motif, corak, serta warna kain yang tidak berubah dari waktu ke waktunya.

Bahan dasar dari batik terdiri dari;
1. Malam / ampas sisa perasaan madu, karena lunak sehingga mudah dilelehkan
2. Pewarna yang berasal dari kulit pohon, batang, akar, buah serta dedaunan
3. Canting / alat lukis khusus untuk melukis kain
4. Tungku untuk memanaskan malam 
5. Wadah untuk menampung canting, yang lebih dulu di isi air bersih, yang berfungsi menjaga suhu lilin dan pewarna alami pakaian, saat melukis di atas kain / membatik dan
6. Kain sutera putih polos

Peradaban manusia, hingga simbol-simbol ke-Tuhanan, akan menjadi hiasan penting di selembar kain etnik yang bernama batik, yang sangat disakralkan penggunaannya dan hanya dikenakan saat-saat ritual upacara adat istiadat tertentu, yang bahkan hanya berhak dan boleh, sekaligus diperuntukkan bagi pemilik / pencipta batik mula-mula yaitu Raja / Ratu di Tanah Jawa terutama.

Meski seiring waktu, kerajinan dan seni membatik, bukan lagi dibatasi oleh kalangan darah biru saja, tetapi ketetapan terhadap corak, motif dan warna batik, tidak diubah dan terus berkembang, menyesuaikan dengan kebutuhannya.

Batik tulis sebagai bahan baku utama kebutuhan berbusana, yang semula hanya diperuntukkan bagi kalangan ekonomi kelas atas.

Tak melanggar hukum alamnya, meski kini batik, telah menjadi bagian keseharian masyarakat luas di Indonesia.

Batik tetap memiliki fungsi khusus dan hanya dikenakan di  saat-saat tertentu saja.

Misalnya motif batik untuk Raja / pemimpin suatu dinasti, yang hanya memiliki satu warna dan corak khusus.

Batik jenis tersebut, tidak akan umum  diperjualbelikan, dibanding motif-motif dan jenis batik yang umum dijumpai di masyarakat luas, karena tidak berhak dikenakan oleh sembarang orang yang bukan semestinya.

Budaya etnik yang mencerminkan peradaban Nusantara, turut pula dibawa keluar dari tanah air ke negara-negara di belahan dunia, seperti wayang kulit, wayang golek, batik, tombak, keris, gamelan dan aneka ragam seni budaya didalamnya, hingga kuliner yang ada, seiring suksesi negara Kedaulatan Mataram Kuno di Jawa, yang bukan hanya berekspansi ke Thailand-Brunei Darussalam-Malaka-Vietnam-Singapura-Kamboja, Filipina hingga Srilanka.

Tetapi turut pula terbawa oleh Putera-Puteri Bangsawan Jawa - Sumatera hingga Kutai, yang melakukan pernikahan campur, sebagaimana sistem monarki yang absolut, pernikahan politik adalah salah satu cara untuk mempererat serta memperluas wilayah dan kekuatan Nusantara, yang sejak abad ke-7 teguh menolak takluk terhadap Tiongkok.

Hingga pada 4 September 2008

Menko Kesejahteraan Rakyat mewakili pemerintah dan komunitas batik Indonesia.

Batik Indonesia, kemudian didaftarkan melalui kantor UNESCO di Jakarta, agar mendapat status intangible cultural heritage (ICH).

Setelah kegaduhan terhadap klaim seni dan kebudayaan Nusantara yang berakar dari Indonesia, mengalami tensi tinggi dengan Negara serumpun di Jiran Malaysia.

Lalu pada 2 Oktober 2009

Di masa pemerintahan Presiden Republik Indonesia ke-5, Susilo Bambang Yudhoyono


Presiden SBY Mengenakan Batik Biru Berdiri di Samping Presiden Rusia Vladimir Putin

UNESCO telah lebih dulu mengakui keris dan wayang sebagai Warisan Kemanusiaan Karya Agung Budaya Lisan dan Non-bendawi .

Dan Pada 9 Januari 2009

Batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi UNESCO diterima secara resmi dan dikukuhkan pada sidang keempat Komite Antar-Pemerintah tentang Warisan Budaya Non-bendawi yang diselenggarakan oleh UNESCO di Abu Dhabi.

Pada sidang tersebut, Batik secara resmi terdaftar sebagai Warisan Kemanusiaan Karya Agung Budaya Lisan dan Non-bendawi di UNESCO.

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kebudayaan atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, (UNESCO) kemudian menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Pada tanggal 2 Oktober 2009

Disusul upaya lain dari Pemerintah Indonesia yang kemudian menerbitkan SK  Kepres No 33 Tahun 2009 dengan menetapkan hari Batik Nasional.

Demi mendorong peningkatan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan Batik di Indonesia.

Pada 2 Oktober 2019

Sekretaris Jenderal Menteri Dalam Negeri Hadi Prabowo, turut pula menandatangani Surat Edaran Nomor 003.3/10132/SJ, perihal kewajiban Mengenakan Busana Batik, saat peringatan Hari Batik Nasional.

Berdasarkan surat edaran tersebut, Kementerian Dalam Negeri mengimbau seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk menggunakan baju batik pada Rabu (2/10/2019) silam.

Berikut Contoh Beberapa Batik Tulis Di Indonesia

1. Batik Tulis Puro Pakualaman Yogyakarta




2. Batik Tulis Puro Mangkunegaran Solo
                                     




3. Batik Tulis Kraton Kasultanan Yogyakarta





4. Batik Tulis Kraton Kasunanan Surakarta Jawa Tengah




5. Batik Tulis Sumatera Barat



6. Batik Tulis Jambi Sumatera



7. Batik Tulis Sumatera Selatan




8. Batik Tulis Kalimantan




9. Batik Tulis Majapahit Mojokerto Jawa Timur





Oleh Berbagai Sumber - Sha

















































Comments