Jejak Pakubuwana X Bag. Ke-Empat


Ndalem Kepangeranan
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat



Perbudakan, kasta, kekayaan dan status sosial, memunculkan persaingan dan perebutan pengaruh di wilayah benua Amerika-Eropa bahkan Russia setelah serangkaian pertikaian diplomatik.

Memicu terjangkitnya krisis ego akan suatu pengakuan sebagai yang paling dan ter- atas diri seseorang / kelompok /golongan, yang sangat narsistik.

Namun Dunia mengalami berbagai masalah dan kekacauan serta Inflasi Ekonomi Global Akibat Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang ditimbulkan.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi ekonomi dunia, agar perdamaian tercapai

Maka pada tahun 1918

Sri Susuhunan Pakubuwana X memberikan kontribusi sebesar 5.000.000 USD untuk permodalan awal didirikannya Liga Bangsa-Bangsa yang dikemudian hari juga digunakan untuk pendirian Bank Dunia.

Liga Bangsa-Bangsa kemudian di ganti menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tak cukup sampai disitu

Pada tahun 1934

Pakubuwana X kembali berinisiatif memberikan bantuan jaminan keuangan (kolateral) kepada Liga Bangsa Bangsa di Amerika Serikat, sekaligus upaya Raja dari Jawa, untuk menyelamatkan inflasi ekonomi yang sudah di titik nadir kebangkrutan global.

Sri Suhunan Pakubuwana X

Memberikan emas murni 24 karat sebanyak; 57.169 ton, yang tercatat dalam perjanjian

“The Green Hilton Agreement” Amerika Serikat, disaksikan oleh Sri Paus / Pemimpin Takhta Tertinggi Gereja Katholik Vatikan Roma

Menyadari situasi Global yang tidak aman, Pakubuwana X menyiasatinya dengan mengungsikan Puteri Mahkotanya Gusti Kanjeng Ratu Pembayun Waluyo binti Malikul Koesno keluar dari Istana

Nasib GKR Pembayun

Gusti Kanjeng Ratu Pembayun Waluyo binti Malikul Kusno merupakan Bendahara Sri Susuhunan Pakubuwana X yang dipercaya membawa seluruh asset keluarga, di masa genting negara Indonesia

Selama Dalam Persembunyiannya

Gusti Kanjeng Ratu Pembayun Waluyo binti Malikul Koesno terpaksa hidup secara berpindah-pindah di bawah perlindungan Jendral Sudirman dengan membawa seluruh dokumen-dokumen penting milik Kasunanan Surakarta Hadiningrat, titipan dari Sri Susuhunan Pakubuwana X ayahandanya


Jendral Sudirman Didampingi Letkol Soeharto


Sedangkan untuk menutupi keadaan agar tetap nampak baik-baik saja 

Untuk mengatasi himpitan dan incaran pihak-pihak yang sarat akan kepentingan dan ditempatkan di Istana

Sri Susuhunan Pakubuwana X lalu mengangkat seorang Puteri yang Ia namai Pembayun


GKR Mas Mengapit Pembayun Tengah
Bersama Pakubuwana X   
   

Dalam situasi pelarian

Gusti Kanjeng Ratu Pembayun Waluyo binti Malikul Koesno kemudian bertemu dengan suaminya yang merupakan seorang Tentara sekaligus pengawal pribadi Jendral Sudirman bernama Raden Mas Wugu Harjo Sutirto, yang lebih familiar dikenal dengan sebutan Mbah Jenggot.

Dari perkawinan tersebut, lahirlah Bendoro Raden Ayu Kus Warsiyah

Namun di tahun 1951, bersamaan dengan gugurnya Jendral Sudirman, Raden Mas Wugu Harjo Sutirto turut pula gugur di medan peperangan.

Bahkan demi untuk menjaga amanah dari Sri Susuhunan Pakubuwana X, ayahandanya

Gusti Kanjeng Pembayun Waluyo binti Malikul Koesno, memilih untuk menutupi identitasnya dan membuka lembaran hidup baru dengan menggunakan identitas baru 

Bahkan hingga Raden Ayu Kus Warsiyah menikah dan berputerakan Raden Mas Agus Sutono.

Saat Gusti Kanjeng Pembayun Waluyo binti Malikul Koesno memasuki usia senja. Ia baru membuka tabir identitasnya, kepada Raden Ayu Kus Warsiyah, Puterinya.

Saat Gusti Kanjeng Pembayun Waluyo binti Malikul Koesno kemudian wafat di tahun 2011 silam dan dimakamkan di Malangjiwan, Colomadu Karanganyar Jawa Tengah.

Pasca PROKLAMASI Kemerdekaan Negara Republik Indonesia

Raja-Raja Nusantara Ber-konfederasi dibawah Negara Republik Indonesia dan mendukung kemerdekaan Bangsa Indonesia didalam kepemimpinan dan sistem pemerintahan Republik.

Semua sepakat mengangkat pemimpin tertinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Pelantikan pemimpin tertinggi Negara Indonesia kemudian dilakukan di Kraton Kasultanan Yogyakarta dengan mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden pertamanya dan M. Hatta sebagai wakil presidennya

Berkat dukungan dari Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atas kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945

Ditetapkanlah status otonomi Daerah Istimewa Surakarta oleh Soekarno Presiden Republik Indonesia

Pembayun palsu lalu didesak oleh Soekarno agar menyerahkan dokumen keluarganya, namun ternyata tidak memiliki satu sen pun asset keluarga.

Bersambung Ke Bagian Ke-Lima



Comments