Jejak Pakubuwana X Bag. Pertama

 

Ndalem Kepangeranan
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat


Oleh Sha Mantha

Kelahiran Sri Susuhunan Pakubuwana X menjadi awal ketidakharmonisan hubungan antara Sri Susuhunan Pakubuwana IX dengan Ranggawarsita.

Di zamannya, seorang Pujangga seperti Ranggawarsita bukan hanya menjalani kesehariannya sebagai penyair sekaligus ahli sastra saja, tetapi juga memiliki kemampuan spiritual tinggi.

Pada saat Kanjeng Gusti Ratu Kustiyah sedang mengandung

Pakubuwana IX yang berharap bayi didalam kandungan permaisurinya berjenis kelamin laki-laki, kemudian mencoba berspekulasi dengan bertanya kepada Ranggawarsita.

Dan Ranggawarsita kemudian mengatakan "RAHAYU" yang bermakna; Semoga Senantiasa Diberikan Keselamatan Serta Kebahagiaan"sebagai jawaban atas kekhawatiran Pakubuwana IX.

Namun Pakubuwana IX yang kadung gelisah, seketika kecewa menangkap maksud lain dari kata-kata Ranggawarsita yang mengira "HAYU" sebagai bayi berjenis kelamin perempuan yang tengah dikandung oleh Kanjeng Gusti Ratu Kustiyah.

Pakubuwana IX lalu menjalankan puasa dengan menanggalkan seluruh kehidupan keduniawiannya selama berbulan-bulan.

Hingga tiba waktu persalinan. Permaisuri rupanya melahirkan seorang bayi laki-laki.

Bayi tersebut kemudian diberi nama oleh Pakubuwana IX, Sayyidin Malikul Kusno atau Malikul Kusno.

Tak berselang lama, Pakubuwana IX lantas menemui Ranggawarsita yang serta merta menuduh jika ucapan Ranggawarsita keliru.

Ranggawarsita kemudian menjelaskan bahwa kata "HAYU" bukan bermakna Perempuan tetapi "RAHAYU" yang berati "Semoga Senantiasa Diberikan Keselamatan Serta Kebahagiaan."

Mendengar penjelasan Ranggawarsita, Pakubuwana IX justru murka karena merasa telah dipermainkan.

Di masa Pakubuwana X

Sri Susuhunan Pakubuwana X memerintah Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada 1839-1939

Periode pergerakan nasional telah dimulai melalui organisasi, daya pikir dan media massa, wujud dari perubahan strategi politik perang global.

Karena kedekatannya dengan Ratu Wilhelmina Belanda, Pakubuwana X mampu memajukan pemerintahan melalui gerakan pembangunan karena minimnya pergolakan politik dengan Belanda.

Sehingga Ia dapat menyelesaikan pembangunan infrastruktur di Ibukota Negara Jawa yang berada di Solo dan menyediakan sarana serta prasarana bagi rakyatnya.

Pakubuwana X bahkan sengaja menaikkan berat badannya agar dapat menyematkan seluruh Bintang Penghargaan pada busana yang dikenakannya.

Selama perjalanan hidupnya

Pakubuwana X sempat memiliki dua orang permaisuri

Permaisuri pertamanya. Merupakan Putri dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV

KGPPA Mangkunegara IV bahkan menghadiahkan Pabrik Gula Colomadu sebagai kado perkawinan kepada Puterinya


 

Pabrik Gula Colomadu 1862

Meski demikian

Semesta rupanya tak berpihak terhadap permaisuri pertama sebab Ia tidak dikaruniai keturunan dari pernikahannya dengan Pakubuwana X 

Pada tahun 2019

Pabrik Gula Colomadu mengalami revitalisasi tanpa seijin pewaris yang saat ini masih merupakan milik dari Mangkunegara Solo.


De'colomadu 2018


Revitalisasi dilakukan seijin Presiden Republik Indonesia ke-7 Joko Widodo atas permintaan Rini Soemarno Mantan Menteri BUMN yang menelan dana 2 Triliun Rupiah serta beralih fungsi menjadi museum dan gedung serbaguna sekaligus tempat komersial serta resmi berganti nama menjadi De'colomadu pada tahun 2018.

Sri Susuhunan Pakubuwana X juga sempat menikah dengan kerabat Pura Mangkunegaran Solo yang diangkat sebagai selir ke-40 bernama Luksminto Rukmi, tetapi juga tidak memiliki keturunan.

Tetapi karena cinta kasih Pakubuwana X terhadap setiap selirnya. Ia mampu melihat ketulusan selir ke -40 yang sepenuh hati mengabdikan diri terhadapnya.

Maka oleh Pakubuwana X 

Lukminto Rukmi diamanahkan tradisi ilmu kecantikan milik keputren beserta seluruh peralatannya. Agar tetap terawat dan lestari di tangan yang tepat.

Bersambung Ke Bagian Ke-Dua



Comments